KARAWANG, iNEWSKarawang.id - Di sudut Desa Rawagempol, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, seorang perempuan paruh baya sibuk mencetak adonan cokelat kehitaman.
Tangan kirinya memegang segumpal adonan fermentasi udang rebon, sementara tangan kanannya memipihkan adonan itu menjadi bulatan rapi.
Dialah Wartinah, seorang perajin terasi yang telah lebih dari dua dekade menggantungkan hidupnya pada keahlian ini.
“Sekarang tubuh saya mudah capek. Kolesterol, rematik, asam urat—semuanya seperti teman akrab. Tapi mau bagaimana lagi? Waktu saya lebih baik digunakan untuk membuat terasi daripada mengeluh,” ujarnya sembari tersenyum lelah namun tulus.
Wartinah nyaris memasuki usia 60 tahun. Aktivitasnya sehari-hari tak lagi sekuat dulu. Kini, ia harus melawan batasan tubuhnya, ditambah tanggung jawab besar sebagai tulang punggung keluarga.
Sejak suaminya jatuh sakit dua tahun lalu, ingatan suaminya sering hilang, dan ia hanya bisa duduk di atas lincak, memandangi jalan dari depan rumah. Wartinah pun bekerja ekstra keras demi menghidupi keluarga dan membiayai pengobatan suaminya.
Anak sulungnya yang telah menikah bekerja serabutan, sementara si bungsu menjadi asisten videografer dan fotografer pernikahan. Meski demikian, pendapatan keluarga jauh dari cukup.
Editor : Frizky Wibisono