Tim peneliti dari Institut Wyss Harvard telah mengembangkan teknik untuk pencetakan 3D yang lebih maju. Ini bahkan memungkinkan pencetakan makrofilamen jantung yang dapat berkembang menjadi filamen mirip otot yang berkontraksi.
Pengembangan teknik pencetakan 3D ini merupakan lompatan luar biasa untuk bidang kesehatan. Mengingat sejauh ini belum ada yang mampu menciptakan jantung hasil cetakan printer 3D yang fungsionalitasnya benar-benar menyamai jantung asli.
Seperti dilansir dari Engadget, Minggu (12/6/2022), para leneliti menggunakan metode baru meniru penyelarasan kompleks elemen jantung yang berkontraksi sambil memproduksi jaringan yang cukup tebal untuk digunakan dalam perawatan jantung regeneratif.
Sistem ini merupakan penyempurnaan dari teknologi bioprinting Sacrificial Writing in Functional Tissue (SWIFT) Wyss yang sudah ada. Pendekatan mereka menciptakan platform dengan 1.050 sumur yang masing-masing dengan dua pilar mikroskopis.
Para ilmuwan mengisi sumur dengan sel induk berpotensi majemuk yang diinduksi manusia (yaitu, sel muda yang mampu berkembang menjadi berbagai bentuk) serta protein kolagen dan sel yang digunakan untuk membentuk jaringan ikat.
Kombinasi tersebut membentuk jaringan padat yang sejajar sepanjang sumbu yang menghubungkan mikropilar. Tim kemudian mengangkat blok bangunan organ yang dihasilkan dari pilar, menggunakannya untuk membuat tinta bioprinting dan menggunakan gerakan kepala printer 3D untuk membantu penyelarasan lebih lanjut.
Perlu diingat, ini hanya sebagian kecil dari jantung. Sementara teknologi menghasilkan output yang relatif tinggi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum jantung organik cetak 3D yang berfungsi penuh tersedia.
Kelompok peneliti percaya pekerjaan mereka masih bisa berguna. Filamen yang dicetak 3D dapat digunakan untuk menggantikan bekas luka setelah serangan jantung, atau untuk menyembuhkan model penyakit yang lebih ringan.
Mereka bahkan mungkin menambal lubang pada bayi baru lahir dengan cacat jantung bawaan, dan filamen akan tumbuh menjadi bagian dari tubuh pasien. Sederhananya, jantung yang rusak mungkin bukan masalah permanen sekarang ini.
Editor : Faizol Yuhri
Artikel Terkait