Pasca Temuan Menu MBG Basi dan Berbelatung di Karawang, Orangtua Murid Trauma
KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Kasus temuan menu pepes ayam berbelatung dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Palumbonsari 3, Kecamatan Karawang Timur, semakin berbuntut panjang. Setelah terungkap dapur penyedia makanan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cibungur Indah, Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, belum memiliki izin higienis dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karawang.
Temuan ini memicu kekhawatiran dari para orang tua murid dan guru. Ocah (40) salah satu orang tua murid SDN Palumbonsari 3 mengaku bersyukur makanan basi dan berbelatung itu belum sempat dikonsumsi anak-anak.
"Alhamdulillah belum sampai ke tangan anak saya, karena ibu guru langsung memeriksa sebelum dibagikan,” ujar Ocah, Senin (27/10/2025).
Meski begitu, ia mengaku merasa waswas dengan keamanan makanan yang disajikan melalui program MBG.
"Namanya orang tua pasti khawatir. Apalagi kalau kejadian seperti ini terulang. Harapannya ke depan lebih hati-hati lagi,” katanya.
Hal senada disampaikan oleh Eli Nurbaeti (42) salah satu orang tua murid di SDN Palumbonsari 3. Ia mengatakan, kekhawatiran semakin bertambah setelah muncul informasi bahwa dapur SPPG Cibungur Indah, Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, tidak memasak sendiri, melainkan membeli makanan jadi dari pihak luar.
"Kami sebagai orang tua jelas kecewa. SPPG itu sudah dipercaya untuk memasak dan menyiapkan makanan anak-anak, tapi malah beli dari luar. Ya kecewa, walaupun itu urusan mereka,” tuturnya.
Setelah mengetahui jika SPPG Cibungur Indah belum memiliki izin higienis dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Karawang, orang tua semakin merasa kecewa dan khawatir. Eli mendesak Dinkes Karawang tidak hanya sekadar mengawasi, tetapi menindak tegas pelaksana program MBG yang belum memenuhi standar higienitas.
Ia menilai pemerintah lalai membiarkan dapur tanpa izin higienis tetap beroperasi dan menyiapkan ribuan porsi makanan untuk anak sekolah.
"Harusnya sebelum jalan program, izin higienisnya sudah lengkap. Ini malah belum punya tapi sudah masak ribuan porsi. Ya jelas kami khawatir,” tegasnya.
Selain dari pihak orang tua, salah satu guru SDN Palumbonsari 3, Nia Kurniasih (54) juga mengakui menu MBG yang dikirim sering kali kurang bergizi dan tidak seimbang.
"Kadang ada buah tapi tidak ada susu, atau sebaliknya. Harusnya kan lengkap, empat sehat lima sempurna,” ujar Nia.
Nia juga mengatakan, sebelum kejadian ini, banyak menu MBG yang akhirnya tidak dimakan oleh siswa karena rasanya kurang disukai atau menu yang tidak bervariatif.
"Banyak yang terbuang. Anak-anak suka bilang gak enak, contohnya kayak kacang panjang yang ditepungin, mereka gak mau makan,” ungkapnya.
Menurutnya, program MBG sebenarnya sangat baik, namun perlu pembenahan dalam menu dan cara pengolahan agar lebih disukai anak-anak tanpa mengabaikan nilai gizi.
"Kalau bisa menunya dibuat lebih menarik dan rasanya diperbaiki, biar anak-anak semangat makan. Jangan sampai program bagus tapi pelaksanaannya asal-asalan," pungkas Nia.
Editor : Frizky Wibisono