Dia mengatakan, pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir dan bahkan belum semua negara pulih dari pandemi, namun situasi itu dihantam dengan adanya perang antara Rusia-Ukraina. Ini kemudian memicu terjadinya krisis pangan dan energi, hingga kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia.
"Kita semua telah menyaksikan adanya pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat dari yang diantisipasi, dengan banyak negara maju dan negara berkembang menaikkan suku bunga mereka secara signifikan, ini kemudian menciptakan risiko spillover ke seluruh dunia," jelas Sri.
Hal ini kemudian berdampak hebat terhadap negara-negara yang ekonominya sudah rapuh. Mereka pun akhirnya jatuh ke dalam jurang krisis keuangan. Dia pun merasa prihatin karena tidak sedikit negara yang menghadapi masalah sosial karena kelaparan yang melanda rakyat dengan melonjaknya harga.
"Kebanyakan dari kita mulai dari posisi utang yang tinggi, mengingat langkah luar biasa yang kita ambil untuk mengamankan ekonomi kita dari pandemi," pungkas Sri.
Editor : Boby