"Ketika mendengarnya (azan) rasanya seperti seluruh diri saya tenggelam dalam perasaan hangat dan lembut yang benar-benar menyelimuti. Tentu saya ini Halawatul Iman, jadi saya merasa memperoleh Halawatul Iman," sambung Ameena.
Setelah itu dia pun memutuskan masuk Islam. Ameena resmi menjadi mualaf tahun 1992. Namun sayang, kedua orangtua angkatnya tidak setuju. Sebab, ibunya khawatir ketika Ameen masuk Islam di masa depan akan ditindas oleh suami, tidak dibolehkan kerja, dan hanya mengurus anak. Sementara sang ayah menganggap hal tersebut hanyalah sebuah fase dalam kehidupan masa remaja Ameena.
Namun seiring berjalannya waktu, kedua orangtua angkatnya bisa melihat perubahan pada kepribadian Ameena yang berubah menjadi sosok remaja yang jauh lebih baik. Dia tidak lagi keras kepala dan sangat rendah hati.
Setelah itu Ameena memutuskan memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dengan mempelajari tata cara sholat. Ketika meminta kepada temannya dan sesama Muslim kenalannya yang lain untuk mengajarkannya sholat, mereka hanya berjanji dan tidak pernah ada waktu.
Sampai akhirnya Ameena menyadari tidak seharusnya bergantung pada manusia. Tapi memohon petunjuk langsung kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Maka, Ameena berdoa kepada Allah Ta'ala agar diberi petinjuk dalam memperdalam pengetahuananya tentang Islam. Termasuk membuka jalan dan memudahkannya untuk mengetahui cara melakukan sholat. Tidak lama, Ameena mendapat jawaban dari doanya itu.
Setelah mendapat jawaban dari ulama, pria itu memberi tahu kepada Ameena dengan menunjukkan ayat-ayat yang relevan dengan masalah yang ditanyakannya, termasuk beberapa ayat yang terbukti kebenarannya.
"Wow luar biasa. Kemudian pria itu memberi satu yang menjadi kunci. Dia berkata kalau Alquran diwahyukan kepada seorang pria buta huruf di padang pasir sekitar 1.400 tahun lalu. Saya merasa terpesona. Wow," ucap Ameena.
"Ada seorang pria ras campuran yang sangat tinggi dan bertubuh kekar dalam kotak telepon umum. Dia melihat saya lalu tiba-tiba membuka kotak telepon dan menjulurkan kepalanya. Dia menanyakan, 'Apakah saya muslim?', dan saya disuruh menunggu. Saya pun menuruti yang disuruh pria itu," jelas Ameena.
"Tiba-tiba pria itu memberi saya gagang telepon itu. Dia bilang, 'Kemarilah ini Ukhti Tracy, bicaralah dengannya.' Dia Subhanallah tidak hanya menjadi mentor dan guru saya. Dia juga membuka jalan saya untuk menjadi seorang ustadzah," tuturnya.
Kemudian Tracy mengajarkannya sholat dan memberi buku panduan sholat serta mempelajari Rukun Iman. Namun, Ameena tidak benar-benar menunaikan sholat karena dia merasa belum memahami tentang agama Islam.
Kemudian sebuah petunjuk datang. Tiba-tiba temannya memberi kabar kalau ayahnya meninggal dunia. Ameena pun mendatangi rumah temannya yang Muslim itu untuk bertakziah.
"Saya belum pernah menghadiri sebuah pemakaman dan tidak pernah melihat orang meninggal sebelumnya. Dalam budaya Pakistan sangat berbeda. Yang mereka lakukan adalah meletakkan jenazah dalam peti mati pada sebuah ruangan rumah. Wajah jenazah tetap terbuka, sampai mereka menutup wajah saat akan melakukan sholat jenazah. Lalu teman saya bilang, 'Masuk dan lihatlah. Karena ayah saya sangat sering memikirkanmu'," kata Ameena menceritakan.
Dia mengaku sangat gugup ketika melihat wajah ayah dari temannya itu. Lalu siap sangka, Ameena sangat terkejut melihat jasad itu yang meninggal dalam keadaan tersenyum dan memiliki wajah bercahaya.
"Dia memiliki senyum yang paling indah dan ada cahaya terpancar di wajahnya. Lalu saat itu Allah Subhanahu wa ta'ala mengingatkan tentang masa hidup ayah temannya itu yang rajin sholat. Maka seketika saat menghubungkan senyumnya ini merupakan hasil dari sholatnya itu, saya tidak pernah melewatkan sholat," kata Ameena.
Saat ini Ameena dikenal sebagai ustadzah terkenal di Inggris dan aktif di berbagai organisasi. Ia juga wanita pertama yang menjadi sopir bus dan mengenakan hijab.
Semoga kisah Ameena ini bisa dijadikan pelajaran. Dari wanita tomboi dan pemberontak, kini menjadi tokoh Muslimah paling terkemuka di Inggris.
Allahu a'lam bisshawab.
Editor : Boby