"Semua orang tahu, kita sudah beri waktu. Tapi ketika dibilang ‘sudah beres’ tanpa ada pengembalian dana, itu yang tidak bisa saya diamkan,” katanya.
Namun di balik sikap tegasnya, ada sisi lembut yang menjadikannya panutan banyak orang. Berkat hobinya bermain tenis, ia menjadi dekat dengan masyarakat, Syaifullah juga dikenal peduli pada pendidikan dan olahraga.
Berkat sentuhannya, Karawang menjadi tuan rumah Kejuaraan Nasional Tenis Junior untuk pertama kalinya. Ia juga mampu merangsang gairah masyarakat untuk kembali membangun lapangan-lapangan tenis di daerah pinggiran agar anak-anak tak hanya sibuk dengan gadget.
“Saya ini besar di kampung Surabaya. Main layangan, kelereng, bola, boy-boyan. Saya ingin anak-anak Karawang juga punya ruang untuk itu. Jangan hanya tumbuh dengan dunia digital,”kenangnya.
Hobi bermain tenis menjadi jembatan penghubung antara pekerjaannya dan pendekatannya pada masyarakat. Bahkan lapangan-lapangan yang dulu terbengkalai, kini ramai digunakan karena inisiatifnya.
Di balik karier panjangnya yang dimulai sejak CPNS di Kejaksaan Negeri Poso hingga menjabat sebagai Kajari Karawang, ada satu hal yang belum ia tuntaskan: membalas jasa orang tua.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait