Jelang Hari Raya Idul Adha 1445 H, Ini Bacaan Niat Puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah

Hantoro/ Boby
Ilustrasi bacaan niat puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah jelang Idul Adha 1445 H. (Foto: Shutterstock)

JAKARTA, iNewsKarawang.id-Menjelang hari raya Idul Adha 1445 Hijriah, bacaan niat puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah bisa disimak di sini.

Bagi kaum Muslimin dapat melaksanakan ibadah puasa sunnah tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah 2024 sejak Sabtu 8 Juni hingga Ahad 16 Juni. Diimbau jangan sampai terlewatkan, terutama puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan puasa Arafah (9 Dzulhijjah). 

Adapun perintah dan keutamaan puasa Dzulhijjah berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

"Tidak ada satu amal salih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal salih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah)." Para sahabat bertanya, 'Tidak pula jihad di jalan Allah?' Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam menjawab, 'Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satu pun'."

(HR Abu Dawud nomor 2438, At-Tirmidzi 757, Ibnu Majah 1727, dan Ahmad 1968, dari Ibnu 'Abbas. Syekh Al Albani mengatakan hadis ini sahih. Syekh Syu'aib Al Arnauth mengatakan sanad hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim) 

Niat Puasa

Sebagaimana puasa pada bulan Ramadhan atau puasa sunnah lainnya, tata cara melaksanakan puasa di bulan Dzulhijjah juga sama. Puasa dimulai sejak waktu subuh sampai magrib.

Apabila belum sempat niat dan bangunnya usai imsak atau subuh, bisa langsung berniat puasa sunnah, dengan catatan belum makan, minum, atau mengerjakan hal-hal yang bisa membatalkan puasa.

Berikut ini bacaan niat puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah menjelang hari raya Idul Adha 2024 Masehi yang dikenal kaum Muslimin di Indonesia:

1. Niat puasa Dzulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma hadzal yaumi 'an ada'i syahri dzilhijjah sunnatan lillahi ta'ala.

Artinya: "Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah Ta'ala." 

2. Niat puasa Tarwiyah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati yaumit tarwiyah lillahi ta'ala.

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah Ta'ala."

3. Niat puasa Arafah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَ

Arab Latin: Nawaitu souma ghadin 'an ada'i sunnati Arafah lillahi ta'ala.

Artinya: "Aku niat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah Ta'ala." 

Hukum Niat Puasa

Niat memiliki arti al-qashdu atau keinginan. Niat puasa berarti keinginan untuk berpuasa. Letak niat adalah di dalam hati, tidak cukup dalam lisan, tidak disyaratkan melafadzkan niat. Berarti niat dalam hati saja sudah teranggap sahnya.

Ulama besar Muhammad Al Hishni berkata:

لاَ يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلاَّ بِالنِّيَّةِ لِلْخَبَرِ، وَمَحَلُّهَا القَلْبُ، وَلاَ يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِهَا بِلاَ خِلاَفٍ

"Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadits yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati dan tidak disyaratkan dilafazkan." (Kifayah Al-Akhyar, halaman 248)

Muhammad Al-Khatib berkata:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَمَحَلُّهَا القَلْبُ وَلاَ تَكْفِي بِاللِّسَانِ قَطْعًا وَلاَ يُشْتَرَطُ التَّلَفُّظُ بِهَا قَطْعًا

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Namun niat letaknya di hati. Niat tidak cukup di lisan. Bahkan tidak disyaratkan melafazhkan niat." (Al Iqna', 1:404)

Akan tetapi, disunnahkan untuk melafazhkan niat di lisan bersama dengan niat dalam hati. Niat sudah dianggap sah dengan aktivitas yang menunjukkan keinginan untuk berpuasa seperti bersahur untuk puasa atau menghalangi dirinya untuk makan, minum, dan jimak khawatir terbit fajar. (Lihat Al Mu'tamad fi Al Fiqh Asy-Syafi'i, 2:173)

Hukum berniat adalah wajib dan puasa Ramadhan tidaklah sah kecuali dengan berniat, begitu pula puasa wajib atau puasa sunnah lainnya tidaklah sah kecuali dengan berniat. Dalil wajibnya berniat adalah sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya." (Muttafaqun 'alaih. HR Bukhari nomor 1 dan Muslim: 1907)

Wallahu a'lam bisshawab. 

Editor : Boby

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network