Dekan FKIP Unsika Tekankan Tiga Pilar Deep Learning bagi Guru
             
            
             KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Prof. Dr. H. Sutirna, S.Pd., M.Pd. dipercaya menjadi narasumber utama dalam kegiatan perencanaan pembelajaran deep learning yang digelar oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMP-Karawang di Aula Syekh Quro Unsika, Jumat (19/9/2025).
Dalam paparannya, Prof. Sutirna menekankan bahwa deep learning bukan hanya ditujukan bagi siswa, melainkan juga harus diterapkan oleh guru. Guru dituntut menyampaikan materi, metode, dan pendekatan secara mendalam agar proses pembelajaran lebih bermakna.
                                                        "Jangan sampai siswa dituntut untuk melaksanakan deep learning tapi gurunya tidak. Guru tidak bisa hanya masuk kelas tanpa perencanaan, lalu bertanya ‘sampai mana kemarin?’ guru harus punya planning untuk teaching and learning di kelas,” ujarnya, Jumat (19/9/2025).
Prof. Sutirna menjelaskan, guru mata pelajaran (Mapel) juga perlu menguasai ilmu konseling sama seperti guru Bimbingan Konseling (BK) agar dapat membimbing siswa saat menghadapi kesulitan belajar.
Menurutnya, saat ini masih banyak guru mapel beralasan ada guru BK, sehingga persoalan siswa langsung diserahkan. Padahal, jika siswa kesulitan belajar matematika lalu diarahkan ke guru BK, persoalannya tidak akan selesai.
                                                        "Guru matematika tetap harus hadir membimbing siswanya. Deep learning artinya mengajar secara mendalam, mendidik sekaligus membimbing. Kalau tiga hal itu tidak dilakukan, anak-anak tidak akan bisa maju,”tegasnya.
Ia juga menjelaskan tiga peran utama guru yang wajib hadir dalam diri seorang pendidik, yaitu mendidik dengan memberi teladan, mengajar sesuai disiplin ilmu, dan membimbing siswa. Tiga peran ini, menurutnya, sering diabaikan, terutama aspek membimbing.
"Guru itu harus menjadi contoh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara, semuanya dilihat siswa. Itu bagian dari mendidik. Lalu mengajar sesuai ilmunya, misalnya matematika ya mengajar matematika. Dan yang sering terlupakan, membimbing siswa yang kesulitan,” katanya.
                                                        Lebih lanjut ia menuturkan, pembelajaran mendalam menuntut guru untuk memiliki tiga pilar, yaitu joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan), mindset learning (kesadaran penuh saat mengajar), dan meaningful learning (pembelajaran yang bermakna).
"Pembelajaran bermakna itu seperti belajar naik sepeda. Sekali bisa, akan melekat seumur hidup. Begitu juga dengan materi pelajaran, harus diajarkan dengan makna agar tertanam permanen,” tuturnya.
Selain itu, ia juga menegaskan secanggih apa pun teknologi pendidikan, kehadiran guru tetap tidak tergantikan.
                                                        "Teknologi setinggi langit pun tetap tidak bisa menggantikan peran guru dalam transfer pengetahuan, keterampilan, dan etika,” ucapnya.
Menurutnya, sejak kurikulum lama hingga saat ini resmi ditetapkannya kurikulum deep learning, hakikatnya tetap sama, yaitu pembelajaran mendalam. Pergantian kurikulum hanya sebatas nama, sedangkan intinya tetap: pembelajaran harus berangkat dari kesadaran, bermakna, dan menyenangkan.
"Pendidikan hanya akan maju kalau gurunya mau berubah. Guru harus menjadi agen perubahan, memperbaiki mindset, cara mengajar, strategi, hingga metode pembelajaran,” tegasnya.
                                                        Prof. Sutirna berharap forum tersebut dapat membuat mindset guru matematika agar menjadi agen perubahan, supaya mereka mampu mengembangkan diri sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Editor : Frizky Wibisono