Dari Gerobak ke Gerakan, Doni dan Perjuangan Kopi Jalanan Tangerang

Ia lalu bergabung dengan komunitas kopi “Cangkir Jalanan”, tempat para pelaku kopi jalanan saling berbagi ilmu, ruang, dan harapan. Di sanalah, Doni mulai menjalankan misi sosialnya. Bersama rekan-rekan komunitas, ia merekrut dan membina para pemuda yang terpinggirkan, korban PHK, putus sekolah, bahkan mereka yang kesulitan masuk dunia kerja formal karena tato atau kekurangan fisik.
“Ada juga yang sebelumnya kerja serabutan atau tukang parkir, kami latih jadi barista. Kami percaya, semua orang punya potensi. Kopi adalah alat untuk membuka pintu harapan,” ujarnya.
Namun, badai datang saat pandemi 2020. Doni dan banyak rekannya harus menjual aset bahkan banting setir ke usaha lain. Dunia kopi jalanan seolah mati suri. Tapi semangat tak padam. Saat pandemi mereda di awal 2022, geliat usaha kopi kembali bangkit tapi kini dengan wajah baru, lebih gemerlap, lebih korporat.
Melihat itu, Doni justru menggencarkan kembali konsep lama yang pernah ia pelopori: Coffee Street, kopi enak, murah, dan bisa dinikmati siapa saja. Ia percaya bahwa kopi bukan soal gaya hidup eksklusif, tapi ruang pertemuan sosial yang merakyat.
“Kami ingin mengembalikan semangat ‘kopi untuk semua’. Kami percaya, kopi enak tak harus mahal. Filosofi itu harus tetap hidup,” tegasnya.
Kini, Doni dipercaya menjabat sebagai Ketua Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) DPC Kabupaten Tangerang. Sebuah pengakuan atas konsistensinya mengangkat kopi jalanan sebagai gerakan sosial dan ekonomi.
Editor : Frizky Wibisono