get app
inews
Aa Text
Read Next : Seminar FH UBP Karawang, Bahas Pencegahan Kekerasan di Kampus

Bahaya Fenomena Buzzer Politik, Akademisi Unsika: Ancaman Terhadap Kualitas Demokrasi Indonesia

Senin, 12 Mei 2025 | 12:56 WIB
header img
Buzzer Politik. Foto : Ilustrasi.

KARAWANG, iNEWSKarawang.id - Fenomena buzzer politik semakin mengkhawatirkan di tengah dinamika demokrasi Indonesia. Keberadaan mereka yang kerap beroperasi di media sosial dinilai telah menciptakan polarisasi, menyebarkan disinformasi, dan mengancam kebebasan berpendapat.

Para buzzer politik, yang sering kali berafiliasi dengan partai atau tokoh tertentu, menggunakan akun media sosial untuk menggiring opini publik, menyerang lawan politik, bahkan membungkam kritik terhadap pemerintah atau tokoh politik tertentu.

Hendry Roris Sianturi, dosen dan peneliti di bidang Media dan Jurnalisme Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), menyoroti maraknya penggunaan buzzer politik di media sosial. Menurutnya hal itu mengancam kualitas demokrasi digital saat ini. 

Ia menilai buzzer sebagai alat propaganda digital yang menciptakan polarisasi dan manipulasi opini publik.

“Buzzer itu sebagai alat propaganda digital, yang membentuk polarisasi dan dinamika politik. Cara kerjanya dengan memanipulasi opini publik atau menciptakan citra politik sosok tertentu,” tegas Hendry. Minggu,(11/5/2025).

Ia menyebut, tidak adanya regulasi dan etika politik yang jelas terkait penggunaan buzzer memperparah penyebaran disinformasi, termasuk penggunaan akun palsu hingga teknologi deepfake untuk memengaruhi persepsi masyarakat.

“Di Amerika Serikat, buzzer sangat sering digunakan. Karena itu, saya menyebutnya sebagai penumpang gelap demokrasi,” ujarnya.

Menurut Hendry, masyarakat kini berada dalam era post-truth, di mana kebenaran bukan lagi soal mempercayai fakta, tetapi lebih kepada menyukai narasi yang sesuai dengan emosi dan selera. “Kebohongan yang dikemas menarik dan diproduksi secara masif bisa dianggap sebagai kebenaran,”tambahnya.

Untuk menangkal dampak negatif buzzer politik, Hendry menilai dunia akademik, khususnya kampus, memiliki peran penting. Mahasiswa menurutnya bisa menjadi agen perubahan dan kontra-buzzer di media sosial. Namun, hal ini memerlukan dukungan serius dari pemerintah dan institusi pendidikan.

“Butuh keseriusan dari Kemendiktisaintek dan kampus dalam meramu sistem pembelajaran yang mengacu pada critical thinking,” katanya.

Hendry juga mendorong Fakultas Ilmu Komunikasi UNSIKA agar lebih fokus pada pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran kritis terhadap propaganda digital. Ia menekankan pentingnya penguatan pemikiran filsafat postmodern untuk membentuk mahasiswa yang melek literasi digital.

Di akhir wawancara, Hendry mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada komentar dan testimoni di media sosial. 

"Suara mayoritas di media sosial bukanlah yang sesungguhnya. Carilah kebenaran pada sumber yang kredibel, seperti media massa yang masih menggunakan metode verifikasi,” tukasnya.

Editor : Frizky Wibisono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut