Intip Ekonomi RI di Bawah 5 Persen dan Konsumsi Rumah Tangga Lesu,Bansos hingga Gaji ke-13 Dicairkan

JAKARTA, iNewsKarawang.id-Pemerintah bergerak cepat menyusun strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada kuartal II-2025.
Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5% pada kuartal I-2025. Tercatat ekonomi Indonesia tumbuh melambat hanya 4,87%, sementara konsumsi rumah tangga juga tumbuh melambat hanya 4,89%.
Konsumsi rumah tangga itu melambat jika dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang tumbuh 4,91%. Meski ada momen Lebaran, di tahun ini tidak ada momen Pemilu yang mendorong belanja seperti di tahun lalu.
1. Peningkatan Daya Beli
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kebijakan yang akan dikeluarkan akan berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja pemerintah.
"Mewaspadai kondisi tersebut, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada Kuartal II-2025 Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang berfokus pada peningkatan daya beli, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja Pemerintah," tutur Menko Airlangga, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
2. Bansos dan Gaji ke-13 Cair
Untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah akan menyalurkan bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Sembako pada bulan Mei-Juni, serta mencairkan Gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Pencairan gaji ke-13 dan penyaluran bansos diharapkan memberikan stimulus bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong konsumsi rumah tangga," kata Menko Airlangga. Selain itu, insentif fiskal juga akan diberikan di sektor properti, otomotif, dan padat karya, sambil terus menjaga stabilisasi harga pangan.
3. Dorong Investasi
Dalam upaya mendorong investasi, pemerintah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Perluasan Lapangan Kerja, menyederhanakan perizinan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Deregulasi, menyelesaikan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Bidang Usaha Penanaman Modal (BUPM), dan mengimplementasikan Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya. Optimalisasi capital expenditure (Capex) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga menjadi bagian dari strategi ini.
"Kami berkomitmen terus memperbaiki iklim investasi melalui deregulasi dan penyederhanaan perizinan. Implementasi Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya juga kami dorong untuk menciptakan lapangan kerja baru," jelas Menko Airlangga.
4. Akselerasi Belanja Pemerintah
Akselerasi belanja pemerintah menjadi fokus utama dengan target penyerapan yang lebih tinggi dari siklus triwulanan, dengan harapan dapat mendorong multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga terus melakukan mitigasi risiko terkait potensi kebijakan Trump 2.0 dan memperluas pasar ekspor melalui negosiasi tarif dengan Amerika Serikat serta penyelesaian kerja sama Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA).
"Bergabungnya Indonesia dengan BRICS serta aksesi ke OECD menunjukkan komitmen kita untuk memperkuat posisi di kancah ekonomi global. Ini akan mendukung transformasi ekonomi jangka panjang menuju Indonesia Maju," kata Menko Airlangga.
5. Ketahanan Ekonomi Indonesia
Airlangga juga menyoroti ketahanan ekonomi Indonesia yang solid di tengah ketidakpastian global, dengan pertumbuhan 4,87% (year-on-year) pada kuartal I 2025. Capaian ini melampaui pertumbuhan negara tetangga di ASEAN seperti Singapura (3,8%), Malaysia (4,4%), serta negara maju G20 seperti Amerika Serikat (2,0%) dan Uni Eropa (1,2%).
"Pencapaian pertumbuhan 4,87% menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Meskipun menghadapi tantangan eksternal seperti fragmentasi geoekonomi dan kebijakan proteksionisme yang meningkat, ekonomi kita tetap tumbuh solid," ujarnya.
Lebih lanjut, Menko Airlangga menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan kontribusi 54,5%terhadap PDB dan pertumbuhan 4,89%. Ekspor juga tumbuh kuat sebesar 6,78% didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas dan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.
"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Kebijakan Pemerintah seperti pemberian THR, Bantuan Hari Raya, Program Mudik Gratis, dan diskon belanja terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat selama Ramadan dan Lebaran," ungkap Menko Airlangga.
Sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan tertinggi (10,52 %), diikuti Sektor Jasa Lainnya (9,84%), dan Jasa Perusahaan (9,27%). Pertumbuhan tertinggi secara regional terjadi di Pulau Sulawesi (6,40%) dan Pulau Jawa (4,99%). Meskipun demikian, pemerintah tetap waspada terhadap risiko perlambatan ekonomi global.
"Kami juga terus mencermati dan mewaspadai risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang disampaikan oleh IMF bahwa ekonomi dunia pada 2025 diproyeksikan tumbuh melambat di angka 2,8%serta pelemahan angka PMI di Indonesia dan di berbagai negara bulan ini,” ujar Menko Airlangga.
Editor : Boby