“Anak saya baru kelas 1 SD, anaknya baik, sering dijemput bibinya setelah pulang sekolah,” kenang Tina, matanya menerawang jauh.
Di lokasi kejadian, saksi lain, istri Reban, pemilik warung dekat rel, masih terbayang jelas kejadian mengerikan itu. Ia menyebut TA sempat melambaikan tangan ke arah kereta yang melintas, tak menyadari bahwa dari arah belakang ada kereta lain yang mendekat dengan kecepatan tinggi.
“Saya sudah teriak, ‘Jangan di situ, nanti ada kereta lagi,’ tapi mereka tidak mendengar,” ucapnya lirih sambil menggenggam tangan suaminya.
Namun, semua terjadi begitu cepat. Hanya beberapa detik kemudian, kereta api Fajar Utama Solo melesat dan menyambar keempat korban. Tragisnya, tubuh kecil TA tersangkut di kereta dan terbawa hingga Stasiun Subang, membuat kisah pilu ini semakin menyayat hati.
Editor : Frizky Wibisono