get app
inews
Aa Text
Read Next : Perihal UKT Mahal, Mahasiswa Harap Pemerintah Lebih Konsisten Jalankan UUD

Eksekutif Mahasiswa UB Kirim Kado Istimewa ke Mendikbud Nadiem, Kritik Kenaikan UKT

Sabtu, 25 Mei 2024 | 13:51 WIB
header img
Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB) mengirimkan kado istimewa ke Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Foto/Avirista Midaada

MALANG, iNewsKarawang. id-Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mendapat kiriman kado istimewa dari Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB).

Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya Satria Naufal mengatakan, kado itu berisikan kotak paket, berisikan surat terbuka, bola pingpong berwarna biru, dan raket pingpong.

Menurut Satria Naufal, kado ini sebagai kritik kepada Nadiem atas kebijakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) di bawah Kemendikbudristekdikti. "Kotak kado ini dikirim ke Mendikbudristek Nadiem Makarim, setelah berlangsungnya demonstrasi kepada Rektorat Universitas Brawijaya tentang kenaikan UKT,"ujarnya pada Jumat (25/5/2024).

Lanjut Satria Naufal, dalam kotak itu juga berisikan surat terbuka yang berjudul Surat Terbuka Kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, tentang Komersialisasi Pendidikan Tinggi dan Mencegah Gimmick Politik Pingpong.

"Pengiriman surat terbuka dan raket pingpong dimaknai sebagai bentuk sarkasme, yang melabelkan pemerintah dan kampus sedang melakukan politik pingpong dalam kondisi “mempingpong” nasib anak bangsa dengan saling menyalahkan satu sama lain,"terangnya.

“Kami dari EM UB 2024 juga mengeluarkan video animasi yang berjudul Politik Pingpong. Animasi itu berisikan Menteri Nadiem Makarim, yang sedang bermain olahraga pingpong bersama pihak Universitas Brawijaya, dan juga terdapat animasi Tjitjik Sri sebagai Sekdir Dikti yang mengatakan Kuliah adalah Kebutuhan Tersier,” tambah Satria Naufal.

Permasalahan UKT ini, kata Satria, menjadi rumit ketika terjadi lempar tanggung jawab antarpihak. Bahkan dirinya menuding antara Kemendikbudristek dan pihak rektorat, serta kampus-kampus saling lempar, dan cenderung menerapkan bahasa politik pingpong.

"Karena berulang kali kita diminta menuntut Kemendikbudristek ketika pada rektorat, dan respons Kemendikbudristek juga yang selalu memberikan pernyataan bahwa ini salah kampus. Sehingga, kami menyimbolkan ini adalah politik pingpong," ujarnya.

“Seharusnya Pemerintah (Kemendikbudristek RI) dan Kampus (UB) sama-sama memiliki political will dalam menyelesaikan masalah ini. Belum lagi bantuan keuangan yang waktu terbatas, dan yang diberikan bantuan sangat terbatas dibanding yang mengajukan," lanjutnya.

Pihaknya juga menyatakan tiga tuntutan yang dilayangkan dalam surat terbuka itu, yakni tuntunan pencabutan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 2 Tahun 2024 beserta peraturan turunannya.

Kedua, mendesak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk melakukan audit kepada Peraturan Rentor atau peraturan lannya yang mengikat untuk kenaikan UKT dan luran Penbangunan Institusi (IPI) di setiap perguruan tinggi.

"Mendesak Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI untuk Mencabut beberapa pernyataan yang merendahkan marwah perguruan tinggi," tuturnya.

Terakhir, Satria berpesan untuk Nadiem Makarim, Mendikbudristek RI bahwa jika masih tidak mengindahkan banyaknya perlawanan dari setiap kampus termasuk hari ini. Maka, tagar #ReformasiPendidikanTinggi #TurunkanUKTAtauNadiemYangTurun.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut