BRASIL, iNewskarawang.id - Amerika Serikat (AS) harus berhenti "mendorong" perang di Ukraina.Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian.
Demikian dikatakan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada Sabtu (15/4/2023).
Menurut Lula, Uni Eropa perlu mulai berbicara tentang perdamaian sehingga dapat meyakinkan Putin dan Zelensky bahwa perdamaian adalah kepentingan semua orang. "Perang hanya menarik, untuk saat ini, bagi mereka berdua,” kata Lula kepada wartawan di Beijing, dikutip BBC.
Lula juga mengungkapkan bahwa selama pembicaraannya dengan pemimpin China Xi Jinping, mereka membahas pembentukan kelompok pemimpin yang berpikiran sama di Ukraina.
"Saya punya teori yang sudah saya pertahankan dengan Macron, dengan Olaf Scholz dari Jerman, dan dengan Biden, dan kemarin, kami berdiskusi panjang lebar dengan Xi Jinping. Penting untuk membentuk sekelompok negara yang mau mencari cara untuk berdamai,” lanjutnya.
Lula berada di Beijing pada Jumat (14/4/2023) untuk melakukan pembicaraan dengan Xi Jinping mencari pengaturan ulang dalam hubungan China-Brasil, yang mengalami saat-saat menegangkan di bawah mantan pemimpin Jair Bolsonaro.
Tapi kunjungan itu juga mengungkapkan jarak yang semakin jauh dari pertanyaan geopolitik yang menyibukkan Barat.
Sementara invasi Rusia ke Ukraina telah mendominasi banyak percakapan diplomatik di Eropa dan di Washington, perjalanan Lula ke China malah sebagian besar terfokus pada perdagangan, bagaimana investasi China dapat membantu ekonomi Brasil kembali ke jalurnya, dan alam semesta kredit karbon yang berpotensi menguntungkan.
Seperti banyak pemimpin di negara berpenghasilan menengah dan berkembang, Lula telah mengadopsi kebijakan non-intervensi atas perang di Ukraina. Termasuk menolak upaya yang dipimpin oleh Presiden AS Joe Biden untuk menyatukan komunitas global yang menentang invasi Rusia.
Seperti diketahui, AS dan Uni Eropa (UE) telah menjadi pemasok utama senjata dan bantuan ke Ukraina setelah invasi Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengesampingkan pembicaraan damai selama Presiden Rusia Vladimir Putin tetap berkuasa.
Editor : Frizky Wibisono