get app
inews
Aa Text
Read Next : Bapenda Karawang Luncurkan Fitur E-SPPT, Wajib Pajak Bisa Cetak SPPT Secara Mandiri

Topeng Banjet Karawang Masih Bertahan Meski "Manggung" Pakai Gerobak

Senin, 26 September 2022 | 19:31 WIB
header img
Seni Sunda, Topeng Banjet. (Foto: iNews Karawang/Yuda Febrian Silitonga)

KARAWANG, iNewsKarawang.id - Di balik bising mesin industri kota Karawang, suara gelak tawa seniman Topeng Banjet kian mereda. Seni tradisional itu dikenal primadona panggung, kini tampil keliling kampung pakai gerobak.

Potret seni tradisional khas Karawang itu, tampak tergambarkan di raut wajah para pelakunya. Seperti Apih Dani (63) Pimpinan Gentra Asih Topeng Banjet asal Telagasari Karawang. Di usia senjanya itu, ia mengungkapkan peliknya mengadu nasib menjadi pelaku seniman Topeng Banjet.

Gentra Asih nama kelompok Topeng Banjetnya berdiri sejak tahun 2003, yang dulu sering tampil dipanggung kini tampil keliling kampung dengan membawa gerobak.

Berbicara pementasan, Gentra Asih sudah merasakan berbagai pentas di ratusan acara di Karawang.

“Kalau dihitung mah ratusan panggung,” kata Apih Dani saat ditemui sebelum pementasan di Kampung Kepuh Karawang, Senin (26/9/2022) sore.

Kecintaannya terhadap Topeng Banjet diakuinya saat ia mulai menjadi penonton setia dari tahun 80’an hingga 90’an. Hingga kemudian, tahun 2003 ia membentuk kelompok seni Topeng Banjet Gentra Asih.

“Jadi dulu itu cuma penonton setia, di mana ada topeng banjet di situ saya ada, dulu itu yang paling terkenal dan legendaris itu Abah Pendul sampai akhirnya saya suka dan kenal dengan para pelakunya sampai ditawari untuk jadi pemodal dan sekarang jadi pemimpinnya,” katanya.

Topeng Banjet Pernah Jadi Primadona Panggung

Dulu, seni Topeng Banjet ini sangat populer bagi warga Karawang bahkan jadi primadona di panggung.

“Kalau ada topeng warga berbondong-bondong datang untuk menontonnya, sama kayak wayang golek,” ucapnya.

Di berbagai wilayah, puiuhan acara selalu menggelar pertunjukan Topeng Banjet serupa konser band Dewa 19 yang dihadiri ratusan penonton.

“Penonton Topeng Banjet itu kayak konser band lah ramai banget yang nonton,” terangnya.

Untuk harga pementasan dikatakannya, mencapai 5 juta persekali pentas.

“Kalau yang megah itu sampai Rp5 juta, tapi kalau harga pentas tergantung permintaan kadang ada yang minta ratusan ribu, kadang Rp2 juta,” katanya.

Seiring perkembangan zaman, akulturasi budaya dan seni moderen mulai merambah dalam dunia pementasan. Dari dampak itu, seni Topeng Banjet mulai kehilangan pamor dan penggemarnya.

“Sekarang penontonnya paling orang tua, adapun anak muda paling sedikit mungkin tidak menarik dan dipandang kuno,” terangnya.

Dari hal itu, ia berupaya untuk tetap eksis dengan cara mengamen keliling kampung.

“Supaya tim bisa hidup yah tentunya harus tetap mentas meski sekarang ngamen keliling kampung,” katanya.

Sekali ngamen ia mendapatkan rata-rata penghasil Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Kemudian dibagi ke tim yang beranggotakan 20 orang. 20 orang tersebut dibagi dua tim, yakni tim inti selaku penari, aktor dan pemusik. Sementara itu tim lainnya sebagai tim lapangan yang bertugas mencari sumbangan dari warga sekitar.

“Jadi kalau tim inti itu ada honornya, biasanya dapat Rp25 ribu dan kalau tim lainnya itu dia dapat pembagian dari upah sumbangan biasanya dapat Rp20 ribu,” sahutnya.

Apih Dani memulai mengamen mulai jam 11 siang dari tempat tinggalnya di Telagasari. Dengan Gerobak sebagai tempat penyimpanan alat musik dan pementasan, ia lalu mengerek gerobak ke motornya untuk menuju perkampungan.

Sementara itu, saat berada di kampung yang dipilih, tim Apih Dani lalu berkoordinasi dengan RT setempat untuk meminta izin pentas. Setelah diizinkan ia lalu menyiapkan segala peralatan pementasan dan tim Topeng Banjetnya.

“Begitulah setiap harinya, berangkat jam 11 terus pentas di kampung-kampung terkadang bisa sampai malam dan bahkan ke luar Karawang seperti Subang,” katanya.

Lanjutnya, meski pendapatannya tidak masuk akal untuk bertahan hidup. Ia mengakui senang dan bahagia menjalani kehidupannya sebagai pelaku Topeng Banjet.

“Karena senang dan memang ingin mempromosikan Topeng Banjet, jadi disyukuri aja meski dapat pendapatan cuma cukup untuk beli bensin,” tuturnya.

Ia berharap, seni Topeng Banjet bisa bertahan dan bisa kembali diminati berbagai kalangan.

“Saya berharap semoga Topeng Banjet bisa digemari lagi masyarakat dan bisa bertahan meski saya juga tidak tau kalau nanti para pelaku seperti saya sudah tidak ada, dan penggantinya siapa?” Tandasnya.

Editor : Faizol Yuhri

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut