Logo Network
Network

Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Betawi

Rusman H. Siregar
.
Rabu, 14 September 2022 | 11:47 WIB
Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Betawi
Beginilah anak-anak Betawi tempo dulu ketika pulang mengaji pada Tahun 1910. (Foto/dok Koleksi KITLV)

3. Fase lanjutan kedua penyebaran Islam (1650-1750)

Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya dan keturunannya yang berbasis di Masjid Al Manshur Jembatan Lima, keturunan dari Pangeran Kadilangu, Demak yang berbasis di Masjid Al-Makmur, Tanah Abang.

4. Fase Pertama Perkembangan Islam (1750-sampai awal Abad ke-19)

Habib Husein Alaydrus Luar Batang dan Syaikh Junaid Al-Betawi, Pekojan.

5. Fase Kedua Perkembangan Islam dari Abad ke-19 sampai sekarang. Dalam fase perkembangan dari Abad ke-19 inilah kemudian lahir seorang ulama sangat berpengaruh yang juga Mufti Betawi, Habib Usman bin Yahya. Bukan saja di Jakarta, Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara.

Menurut Habib Ismail bin Yahya bahwa dalam sebuah lawatan ulama Pattani Thailand ke salah satu pondok pesantren di Sukabumi, mereka menemukan karya-karya Habib Usman bin Yahya dalam bahasa Arab Melayu. Mereka mengatakan bahwa di tempat mereka di Pattani, karya-karya Habib Usman bin Yahya masih diajarkan.

Habib Ali Yahya menyebutkan bahwa karya Habib Usman bin Yahya ada 150-an buah. Salah seorang ulama yang masih menyimpan hampir semua karya-karya Habib Usman bin Yahya adalah KH Tubagus Ahmad Bakri yang akrab dipanggil Mama Sempur Plered karena tinggal di daerah Sempur, Plered, Purwakarta.

Sosok Habib Usman bin Yahya sangat berpengaruh bagi kemajuan Islam di tanah Betawi. Beliau telah menghabiskan waktunya menimba ilmu ke berbagai negara seperti Turki, Palestina, Suriah, Tunis, Aljazair hingga Hadhramaut Yaman. Beliau kembali ke Batavia (Jakarta) melalui Singapura pada 1279 H/1862 M dan menjadi Mufti Betawi.

Dari hasil penelitian Ridwan Saidi dan Alwi Shahab, bahwa Majelis Taklim Habib Ali Kwitang (Habib Ali al-Habsyi) yang beraktivitas pada 20 April 1870 merupakan yang mejelis tertua di Betawi. Setelah Habib Ali Kwitang wafat, majelisnya diteruskan oleh anaknya, Habib Muhammad al-Habsyi, dan kemudian dilanjutkan oleh cucunya Habib Abdurrahman al-Habsyi.

Dari Majelis Taklim inilah muncul ulama-ulama besar Betawi, seperti KH Abdullah Syafi'ie (pendiri Perguruan Islam Asy-Syafi'iiyyah) dan KH Tohir Rohili (pendiri Perguruan Islam Ath-Thahiriyah). Keduanya kemudian mendirikan majelis taklim dan kemudian berkembang pesat ke berbagai penjuru Jakarta dan sekitarnya.

Wallahu A'lam

Editor : Boby

Follow Berita iNews Karawang di Google News

Halaman : 1 2
Bagikan Artikel Ini