WASHINGTON, iNewsKarawang.id - Tanggal 24 Februari yang lalu, telah genap satu tahun sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai. Perang ini terjadi setelah Ukraina menuduh Rusia mengirim pasukan dan dukungan senjata kepada pemberontak. Banyak prajurit yang telah gugur dalam perang ini
Ukraina melaporkan bahwa pada hari Selasa kemarin, lebih dari 100.000 prajurit Rusia dilaporkan tewas dalam waktu 24 jam terakhir. Selain itu, Ukraina juga mengklaim bahwa dalam dua hari terakhir pasukannya berhasil menghancurkan 25 tank Rusia.
Namun, Moskow membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya telah berhasil menewaskan banyak prajurit Ukraina. Fakta bahwa banyak prajurit dari kedua belah pihak yang gugur di medan perang, menunjukkan betapa besarnya skala perang antara kedua negara tersebut.
Banyak negara yang merasa prihatin terhadap peristiwa ini, termasuk Amerika Serikat. Seorang jenderal dari Amerika Serikat memperkirakan bahwa sekitar 100.000 prajurit Ukraina telah tewas sejak dimulainya perang ini.
Kurangnya amunisi, pertanahan udara dan prajurit yang berpengalaman membuat Washington prihatin dengan Ukraina. Padahal menurut laporan media AS, Ukraina akan melancarkan serangan balas dendam kepada Rusia pada bulan Mei.
"Lebih dari 100.000 pasukan Ukraina telah tewas dalam perang selama setahun, pejabat AS memperkirakan, termasuk tentara yang paling berpengalaman,” tulis Politico.
Selama berbulan bulan berlalu, pertempuran ini difokuskan di Bakhmut. Kota yang terus diperebutkan oleh Rusia dan saat ini kota tersebut hampir sepenuhnya dikepung.
Pejabat Amerika Serikat pun mengirim laporan kepada Ukraina untuk mundur dan menyerahkan Bakhmut supaya kerugian bisa dikurangi. Namun Presiden Ukraina menegaskan bahwa ia tidak mau menyerahkan Bakhmut.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Soigu pada minggu lalu mengumumkan bahwa Ukraina telah kehilangan 11.000 tentara pada Februari. Jumlah korban tewas dan terluka pun meningkat sebanyak 40% sejak Januari.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait