Lalu kodifikasi Alquran juga dengan cara ditulis. Sifat pelupa atau kematian para penghafal Alquran yang tidak dapat dihindari dikhawatirkan akan menjadi masalah terhadap pemeliharaan Kitabullah.
Hanya saja di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam penulisannya belum terkumpul menjadi satu, melainkan masih tersebar di berbagai objek seperti di kulit unta, lempengan batu, tulang, pelepah kurma, dan sebagainya.
Di tengah keterbatasan alat tulis yang ada, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam hanya menginformasikan selama benda-benda tersebut suci, maka sah-sah saja.
Cara penulisan Alquran pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dilakukan melalui dua tahapan, yakni (1) Penulisan dilakukan manakala ada ayat turun yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, (2) Penulisan dilakukan dalam rangka menelaah ulang hasil tulisan yang telah dikerjakan pada tahapan pertama.
Para sahabat yang menulis tidak serta-merta menulis begitu saja. Setelah mendapat perintah dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam barulah mereka tulis.
Adapun beberapa sahabat yang pernah mencatat wahyu Alquran pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam di antaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Amrin, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Aban bin Said, Khalid bin Walid, dan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Bentuk kodifikasi Alquran kala itu masih terpisah-pisah di beberapa tempat dan belum tersusun sesuai urutan ayat dan suratnya. Penyempurnaannya dilakukan setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam di masa Khalifah Abu Bakar dan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.
Wallahu a'lam bisshawab.
Editor : Boby
Artikel Terkait