Tetapi serangan itu menyisakan duka bagi Kerajaan Pajajaran yang saat itu dipimpin oleh Ratu Dewata, pasca raja Surawisesa mangkat. Sebab dua punggawa terkenal dan disegani di Pajajaran yakni Tohaan Ratu Sarendet dan Tohaan Ratu Sangiang gugur di medan peperangan.
Perlahan tapi pasti, dukungan kerajaan kecil di bawah kekuasaan Pajajaran mulai hilang. Hal ini menjadi kesempatan lagi bagi Banten untuk kembali menyerang Pakuan.
Apalagi ini diperkuat saat raja sudah dihiraukan lagi oleh masyarakat sebab tidak ada kepedulian dalam menyejahterakan rakyatnya.
Catatan sejarah menuliskan ada tiga kali gelombang serangan Banten ke Pakuan, ibu kota Pajajaran. Serangan ini dilakukan saat masa pemerintahan Ratu Dewata, atau setelah Surawisesa lengser.
Diperkirakan dari catatan sejarah serangan ini terjadi sekitar 1535 Masehi hingga 1543 Masehi yang membuat dua punggawa kerajaan gugur.
Serangan kedua terjadi saat pemerintahan Prabu Nilakendra sekitar tahun 1551 Masehi hingga 1567 Masehi.
Dikisahkan dalam suatu naskah "Alah prengrang mangka tan nitih ring kadat-wan" yang artinya kalah perang, karena itu tidak tinggal di keraton.
Saat itu berkat serangan dari pasukan Banten, Raja Nilakendra terpaksa melarikan diri dari istana ke sebuah wilayah di Sukabumi selatan.
Adapun serangan ketiga yang dinilai benar-benar membuat riwayat Kerajaan Pajajaran tamat saat Pajajaran dipimpin oleh Ragamulya.
Editor : Boby
Artikel Terkait