Dalam penelitian itu, para relawan dilarang tidur selama 42 jam. Hal ini untuk menentukan bagian otak mana yang terdampak. Selain itu, para relawan harus menjalani 12 kali pemindaian fungsional magnetic resonance imaging (fMRI). Selama pemeriksaan fMRI, relawan harus menjalani Psikomotor Vigilance Test (PVT) untuk mendeteksi respons mereka saat itu.
Setelah menjalani tantangan tidak tidur puluhan jam, relawan llau dipersilahkan tidur senyaman mungkin. Setelah pulih, relawan diminta untuk fMRI kembali sebanyak 13 kali. Data tersebut dibandingkan dengan hasil pemeriksaan saat begadang.
Hasilnya, begadang memang berbahaya untuk kesehatan tubuh. Efek yang paling nyata adalah pusing saat siang hari jika sebelumnya begadang.
Selain itu, jika di malam hari begadang, relawan terlihat mengalami cemas berlebih saat bangun tidur. Kurang tidur juga menyebabkan otak merespons lebih lambat dari biasanya, terutama di pagi hari.
Nah, setelah jam tidurnya diperbaiki kondisi kesehatan tubuh kembali normal lagi. Ini semakin menegaskan bahwa begadang benar-benar memberi dampak buruk bagi kesehatan tubuh dan mental.
Bahkan, Dokter Tirta menerangkan bahwa begadang bisa menyebabkan stroke. Melalui video yang ia unggah ke dalam akun Youtube pribadinya, menurutnya stroke bisa terjadi ketika kurang tidur akibat kantuk yang tidak dituntaskan dengan tidur.
"Jika terus menerus begadang, otak akan mengalami kematian jaringan," kata dr. Tirta, dikutip dari kanal Youtube Dokter Tirta, Senin (6/6/2022).
Ketika sel otak mengalami kematian jaringan, tambah dr Tirta, yang akan terjadi adalah stroke. Makanya, itu kenapa begadang yang dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan stroke.
Selain sebabkan stroke, menurut dr.Tirta, kebiasaan begadang juga bisa sebabkan gagal ginjal hingga gagal jantung.
Editor : Boby