Karawang, iNews.id - Warga Kampung Sinapeul, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang digegerkan dengan adanya Macan tutul turun dari Pegunungan Sanggabuana memangsa ternak di pemukiman warga pada Selasa (12/4/2022) sekitar 24.00 WIB.
Macan tutul memangsa dua ekor domba milik Marwan. Sebelumnya pada September 2021 lalu, dua ekor domba milik Marwan juga pernah dimangsanya oleh species Panthera pardus melas ini.
Marwan mengatakan peristiwa itu terjadi tengah malam. Ia mendengar suara ribut-ribut di kandang. Ternyata satu ekor domba mati di tinggal dan satu ekor lagi di bawa oleh macan tutul.
"Saya langsung melapor ke tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR)," ucap Marwan saat dihubungi, Rabu (13/4/2022).
Diketahui kandang domba milik Marwan dan warga berada di dekat Gunung Rungking, di jajaran Pegunungan Sanggabuana.
Kepala Divisi Ranger Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) Jajang Ahmad Sanusi bersama, anggota SWR Komarudin mendatangi tempat domba warga ini dimangsa, setelah mendapat laporan dari warga.
Kemudian mereka menelusuri jejak macan tutul ini. Hasilnya, satu ekor bangkai domba berhasil ditemukan. Sedang satu ekor lagi dibawa oleh macan tutul ke tengah hutan.
Jajang menyebutkan disekitar kandang ditemukan jejak tapak kaki dipastikan ukuran dan bentuknya tapak macan tutul.
Namun belum bisa dipastikan dari macan tutul yang memiliki pigmen tutul atau hitam.
Saat domba dimangsa, kata Jajang, warga hanya mendengar suara ribut-ribut di kandang. Ketika warga mendatangi kandang dengan lampu, lalu macan tutul itu sudah kabur.
"Saya mengimbau kepada warga untuk tidak mencari bangkai domba yang dimangsa macan tersebut. Saya arahkan sisa bangkai domba yang ada untuk dikirim ke hutan sesuai arah jejak tapak macan yang ditemukan, tentunya dihabiskan oleh pemangsanya," tutur Jajang.
Disebutkan pada tahun lalu ketika ada kejadian serupa, warga menembak macan tutul dengan senapan angin, juga mamasang racun pada bangkai domba. Tapi kali ini warga telah ia larang mengganggu macan tutul yang memangsa ternak.
Sementara Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengungkapkan tahun lalu warga sempat marah ketika ternaknya diambil oleh macan tutul. Lalu Ia mengirimkan puluhan ekor domba untuk dipelihara warga, juga sebagai pengganti domba yang diambil macan tutul. Syaratnya ketika ada macan tutul atau macan kumbang datang mengambil ternak, warga tidak boleh mengganggu.
Menurut Dedi, ketika macan itu turun, tentunya makanan di hutan kurang karena hutannya sudah mulai rusak, tidak terjaga. Ia juga melarang warga untuk mamasang racun, menembak, atau menelusuri jejaknya.
"Nanti akan saya kirim domba lagi untuk pengganti domba yang dimakan macan," terang Dedi.
Sementara berdasarkan penelusuran Tim SCF, dari jejak yang ditemukan diduga ada dua ekor atau dua individu macan tutul yang turun dan mengambil ternak warga. Dari jejak yang ditemukan.
Kepala Divisi Litbang SCF membuktikan berdasarkan hasil penelusuran di sekitar kandang, juga mengikuti jejak kaki dan ceceran darah yang mengarah ke hutan. Ada dua ukuran jejak dari dua individu yang berbeda.
Masih menurut Komarudin, penelusuran dilakukan untuk mencegah dan mencari potensi yang merugikan macan tutul. Selain itu juga untuk mengantisipasi warga kembali memasang racun pada ternak yang dimangsa.
"Warga sudah mengerti dan tidak melakukan hal ini," kata Komarudin.
Komarudin menambahkan, setiap menjelang Lebaran, banyak macan kumbang dan macan tutul Sanggabuana yang turun gunung. Ia mengaku belum mengetahui mengapa kedua hewan itu kerap turun di bulan puasa.
"Padahal jumlah populasi seperti rusa dan babi hutan di hutan wilayah Tegalwaru masih berlimpah,"pungkasnya.
Editor : Boby