Dinkes Karawang Targetkan Angka TBC Turun 80 Persen pada 2030, Ini Langkahnya
KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Karawang terus ditingkatkan melalui inovasi “GAMPIL TEPANG”, program akselerasi yang ditargetkan menurunkan angka kasus baru TBC hingga 80 persen pada tahun 2030.
Program ini berjalan lewat enam pilar utama, mulai dari peningkatan penemuan kasus hingga perluasan investigasi kontak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Karawang, Yayuk Sri Rahayu mengatakan bahwa program ini bukan hanya strategi, tetapi gerakan menyeluruh yang melibatkan berbagai elemen.
“Kami ingin percepat penemuan kasus, memastikan pasien langsung mulai pengobatan, dan memperkuat pelacakan kontak. Itu kunci eliminasi TBC,”ujarnya.
Tahun ini, Dinkes menggelar Active Case Finding menggunakan Portable X-ray berteknologi AI, pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk kontak serumah, serta pemantauan pelaporan SITB secara mingguan. Program ini juga diperkuat dengan insentif bagi kader TBC di 309 desa.
“Teknologi dan kader itu kombinasi paling kuat. X-ray AI mempermudah deteksi, kader memastikan tidak ada pasien yang putus obat,” tambahnya.
Selain itu, fasilitas diagnostik diperluas dengan 9 titik Tes Cepat Molekuler (TCM), termasuk alat baru di Puskesmas Klari. Kerja sama dengan laboratorium swasta juga dilakukan untuk mempercepat pemeriksaan.
“Waktu pemeriksaan sekarang lebih cepat, cartridge ultra hanya butuh 75 menit. Tahun depan, kami tambah BD MAX untuk cek resistensi obat sekaligus,” terangnya.
Meski berbagai inovasi telah berjalan, sejumlah tantangan masih dihadapi. Mulai dari keterbatasan tenaga terlatih, logistik yang belum stabil, hingga stigma masyarakat.
“Yang berat itu stigma. Banyak warga yang masih takut diperiksa, bahkan yang kontak erat pun sering menunda,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Dinkes menggencarkan edukasi di berbagai titik, termasuk perusahaan, Car Free Day, radio, dan media sosial. Pelibatan tokoh masyarakat turut dilakukan agar pesan lebih mudah diterima publik.
Dukungan terhadap pasien juga diperkuat melalui PMT dari Baznas, konseling rutin, pendampingan PMO oleh kader, hingga penyediaan obat gratis selama masa pengobatan.
“Pasien itu harus didampingi, bukan dibiarkan berjuang sendiri. Obat kami pastikan tersedia sampai pengobatan selesai.”
Ke depan, Dinkes memprioritaskan pemetaan wilayah rawan per desa, peningkatan cakupan TCM, penguatan investigasi kontak, hingga pemeriksaan dini di wilayah prioritas agar tidak ada kasus yang terlewat.
“Kalau deteksi makin cepat, rantai penularan bisa kita potong. Itu fokus kami,” tutupnya.
Editor : Frizky Wibisono