Dari Silat ke Muay Thai, Mahasiswi Unsika Raih Unsika Awards Berkat Prestasi Internasional

KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Urmadhilla Dwi Rahmawan, mahasiswi semester 3 Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), menerima penghargaan Unsika Awards pada puncak Dies Natalis ke-11 Unsika berkat prestasinya di ajang internasional Muay Thai F3 Strike di Malaysia.
Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi Unsika terhadap mahasiswa berprestasi yang mengharumkan nama bangsa. Urmadhilla berhasil meraih juara dalam kejuaraan profesional itu, meski baru satu tahun menekuni Muay Thai.
"Kalau di Muay Thai, saya baru satu tahun latihan, langsung terjun ke profesional dengan latihan yang cukup melelahkan karena setiap hari tidak pernah berhenti. Tapi ini memang perjalanan yang saya pilih," ujar Urmadhilla usai puncak perayaan Dies Natalis ke-11 Unsika, Senin (6/10/2025).
Kejuaraan di Malaysia tersebut digelar dalam format profesional, mirip ajang internasional seperti One Championship atau Byon Combat. Urmadhilla bersama sejumlah atlet Indonesia dipanggil langsung untuk bertanding.
"Dipanggil langsung oleh pihak Malaysia. Bahkan ada catatan rekor juga buat yang main di ajang seperti One Championship,” katanya.
Bakat bela diri Urmadhilla berawal dari pencak silat yang ia tekuni sejak SD. Ia juga sempat menimba pengalaman di cabang tinju (boxing) saat SMA sebelum direkrut pelatih Muay Thai.
"Kalau basic saya sebenarnya dari silat. Dari SD sudah latihan silat. Mulai kenal Muay Thai baru waktu SMA kelas 3,” tuturnya.
Dalam ajang O2SN cabang silat, ia pernah meraih juara 3. "Waktu itu harusnya masuk final, tapi karena berat badan kurang tiga kilo, jadi digugurkan dan dapat juara tiga,” kenangnya.
Ia mengaku tidak kesulitan beradaptasi karena teknik Muay Thai memiliki kemiripan dengan silat. "Sama-sama ada pukulan dan tendangan, cuma di Muay Thai ada tambahan teknik siku dan lutut,” jelasnya.
Sepanjang setahun terakhir, Urmadhilla telah mengantongi lebih dari 10 medali dari berbagai kejuaraan dalam dan luar negeri. Ia pernah menghadapi atlet dari Australia, China, dan Malaysia.
"Lawan terberat itu dari Australia. Secara teknik sih saya menang, tapi secara fisik mereka lebih kuat. Jadi itu yang masih harus saya perbaiki,” ujarnya.
Salah satu pencapaiannya adalah juara pertama di Malaysia dan juara dua saat berlaga di Bali.
Untuk menjaga performa, ia menjalani latihan enam kali dalam seminggu. Persiapan serius dilakukan sebulan penuh sebelum bertanding.
"Libur hanya hari Minggu. Jadi hampir setiap hari latihan tanpa henti,” katanya.
Menurutnya, bertanding di level profesional tidak hanya mengandalkan fisik melainkan teknik dan ketenangan.
"Yang paling penting di ring itu bukan cuma kuat, tapi tenang dan fokus. Kadang lawan lebih besar, tapi kalau kita sabar dan tahu timing, peluang menang tetap ada,” ujarnya.
Saat ini Urmadhilla tengah mempersiapkan diri menuju Babak Kualifikasi Pekan Olahraga Provinsi (BK PORPROV) 2025. Ia juga membidik pentas internasional yang lebih besar.
"Target saya bisa main di One Championship dan bawa bendera Merah Putih di sana. Kalau bisa juara dunia, itu mimpi terbesar saya,” pungkasnya.
Editor : Frizky Wibisono