get app
inews
Aa Text
Read Next : Bapenda Karawang Luncurkan Fitur E-SPPT, Wajib Pajak Bisa Cetak SPPT Secara Mandiri

Demi Keluarga di Bandung, Kakek 77 Tahun Ini Tidur di Masjid dan Jualan Kerupuk Keliling Karawang

Jum'at, 08 Agustus 2025 | 14:41 WIB
header img
Abah Endang, Penjual Kerupuk Keliling. Foto : iNewskarawang.id/Gelar Maulana Media.

KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Di pintu masuk rumah makan sate maranggi Hj. Mumun di Jalan Mangga, Nagasari, Karawang Barat, seorang pria paruh baya duduk merenung menatap para karyawan sedang menyantap sate maranggi yang lezat. Di hadapannya, beberapa bungkus camilan khas Jawa Barat "Kerupuk Gurilem" tersusun rapi di dalam bungkusan.

Tak ada teriakan memaksa, tak ada spanduk promosi. Hanya senyuman tulus dan sapaan ramah yang menyambut setiap pengunjung di rumah makan tersebut.

Namanya Endang (77), usianya tak lagi muda. Keriput di wajahnya mencerminkan perjalanan yang panjang dalam hidup yang penuh perjuangan. Endang datang dari Bandung ke Karawang untuk menjual sebuah camilan. Setiap hari, ia berjalan kaki menembus terik dan hujan, demi membawa pulang rezeki halal untuk keluarganya.

"Abah dari Cililin, Bandung. Naik Primajasa kesini. Kalau habis baru saya pulang, kadang 5 hari baru habis. Kalau enggak habis saya belum bisa pulang," kata Endang lirih.

Camilan yang dijual Endang dibanderol dengan harga Rp15.000 per bungkus. Bukan miliknya, melainkan titipan dari bosnya di Bandung. 

"Untungnya enggak seberapa, yang penting halal. Bisa buat makan keluarga di Bandung,” ujarnya dengan senyum kecil.

Endang tak selalu beruntung. Kadang dalam sehari hanya laku dua sampai tiga bungkus. Kadang lebih, kadang bahkan tak satu pun terjual. Tapi Endang tetap mencoba, ia berjalanan menyusuri setiap sudut perkotaan Karawang dengan tekad yang besar. 

"Kadang jualan di Galuh Mas dan Perumnas kalo hari Minggu, kalo pagi-pagi di pasar, setiap hari mah muter saja di tempat-tempat makan atau yang rame orang,” tuturnya.

Dimana ia tinggal? sedangkan rumahnya di Bandung?. Tak ada tempat tetap, ia hanya mengandalkan sudut ruko yang sepi, tertidur di masjid, sesekali diberi tumpangan tempat beristirahat oleh sesama pedagang. Setiap hari, ia hanya menunggu waktu berjalan, berharap ada pembeli yang datang.

Di Bandung, Endang memiliki seorang istri dan empat orang anak yang menunggu. Menuruthya, tak ada alasan lain untuk tetap kuat selain keluarga. 

"Istri di rumah. Anak-anak juga. Rejeki dari sini semua dibawa ke sana,” katanya.

Tidak terdengar sedikitpun keluhan dalam ceritanya. Soal letih, soal rugi, soal usia yang tak muda lagi. Yang ada hanya tekad, kesabaran, dan harapan.

Endang bukan hanya sekadar penjual camilan, setiap kali pembeli datang, ia selalu menukar keuntungan dari para pembeli dengan doa dan nasihat yang tulus layaknya seorang ayah.

"Apapun yang abah jalani, abah selalu bersyukur, sesibuk apapun kita jangan lupakan ibadah ya, insyaallah semua yang kita jalani berkah," tutupnya dengan senyuman.

Editor : Frizky Wibisono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut