get app
inews
Aa Text
Read Next : Bapenda Karawang Luncurkan Fitur E-SPPT, Wajib Pajak Bisa Cetak SPPT Secara Mandiri

Mahasiswa Karawang yang Selalu Nunggak Bayaran itu Dikukuhkan Jadi Guru Besar

Rabu, 30 Maret 2022 | 18:19 WIB
header img
Prosesi pengukuhan Prof. Dr. Dedi Mulyadi, SE., MM sebagai guru besar Ilmu Manajemen. (Foto: iNews Karawang/Muhtar Galuh Ardian)

Karawang, iNews.id - Dedi Mulyadi, putra asli Karawang yang kini telah berhasil meraih Guru Besar Ilmu Manajemen. Jelas perjuangannya tidak semudah membalikan telapak tangan.

Dedi kecil semenjak sekolah SD tidak pernah mengenakan sepatu, bahkan untuk mengenakan sendal saja tidak pernah, hanya telanjang kaki.

"Dulu saya waktu Sekolah Dasar (SD) itu jalan kaki lebih dari 5 km melewati jalan perkampungan, lokasinya di kopel Klari, tepatnya di daerah pasir panjang kalau sekarang mah sudah banyak perumahan disana," kata Prof Dedi Mulyadi, SE., MM, di Aula UBP Karawang usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Manajemen, Rabu (30/3/2022)

Prof Dedi juga mengaku semenjak ia mengenyam pendidikan di SD, ia tidak pernah mengenakan sepatu, atau sandal, alias nyeker.

"Saya dari kelas 1 sampai kelas 6 tidak pernah mengenakan sepatu, saya masih ingat betul sekali-kalinya saya ke sekolah mengenakan alas kaki itu juga bukan sepatu tapi pakai sendal yang sudah jelek, rusak saat mengambil ijazah." ujar Prof Dedi sambil terkekeh.

Rektor UBP ini juga mengaku ia sering dibully oleh teman-temannya saat SD. Karena, ia ke sekolah nyeker (tanpa alas kaki, red) sekalipun mengenakan alas kaki, hanya memakai sandal butut saat mengambil ijazah.

"Habis-habisan saya di-Bully sama teman-teman di sekolah, tapi Alhamdulillah itu semua tidak membuat saya sakit hati, tidak cengeng dan saya terus bergerak," ungkapnya.

Lahir bukan dari kalangan orang kaya, tentu menjadi hambatan bagi orang-orang untuk bersekolah, namun tidak bagi Prof Dedi, meski hidup dalam keadaan serba kekurangan ia memiliki orang tua yang selalu mendukung keinginan anaknya untuk bersekolah ke SMP.

"Saya masuk SMP berkat ibu saya, dan saya harus menjual kambing, itu juga kambing dari uang pemberian tetangga, kerabat saat saya dikhitan, dan setiap hari saya menggembala kambing dan alhamdulillah saya bisa masuk SMP kemudian masuk SMEA," kata ayah dari tiga anak ini.

Prof. Dedi mengenyam pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang, tidak seperti mahasiswa lain yang membayar kuliah dengan gampang, tetapi ia selalu menunggak bayar kuliah.

"Dekannya saja udah banyak maklum, karena saya selalu nunggak dan nunggak, karena saya tidak punya uang, saya terlambat menyelesaikan S1 nya, saya kuliah S1 sampai 7 tahun ya itu karena tidak punya uang buat ikut sidang, akhirnya ayah saya mencari pinjaman dan ada seorang dermawan yang memberikan motornya untuk dijual agar saya bisa ikut sidang dan jadi sarjana," jelas Prof Dedi dengan mata berkaca-kaca.

Prof. Dedi semenjak kuliah S1 sudah dipercaya menjadi asisten dosen. Namun selepas mendapatkan gelar sarjana, Prof. Dedi bekerja di perusahaan, dan pernah menjabat sebagai manajer.

Meski gaji sebagai menajer terbilang besar, namun ia merasa seperti hampa, ia ingat pesan agama bahwa pahala yang sampai kepada kita sampai mati yaitu anak Soleh, punya ilmu yang bermanfaat, dan sedekah.

"Mohon maaf ini bukan sombong, saya merasa memiliki pengetahuan walau sedikit pengen saya amalkan dan menjadi ladang pahala buat saya, maka kemudian saya memutuskan untuk menjadi akademisi, dan alhamdulillah bisa sampai saat ini. Mendapatkan gelar ini tidak mudah, penuh perjuangan, jadi untuk jadi profesor tidak perlu punya uang, untuk jadi profesor harus penuh perjuangan," pungkasnya.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut