Warga Gaza Sholat Idul Adha Di Tengah Serangan Militer Israel hingga Pengeboman

JAKARTA, iNewsKarawang.id-Di tengah serangan militer Israel, warga Palestina di Jalur Gaza merayakan Idul Adha. Warga terpaksa sholat di tempat terbuka, di samping masjid dan rumah yang di bom.
1. Idul Adha
Pasukan Israel terus melanjutkan operasi militer ketika warga Palestina di seluruh Jalur Gaza merayakan Idul Adha,
"Seperti yang Anda lihat, kami tengah menyelenggarakan sholat Idul Fitri. Sementara pengeboman, penembakan, dan pesawat masih berlangsung," kata seorang perempuan, Umm Mahmoud, di Khan Younis, melansir Reuters, Sabtu (7/6/2025).
Dengan banyaknya wilayah pemukiman di Gaza yang hancur menjadi puing-puing akibat pertempuran selama berbulan-bulan, penduduk setempat melaksanakan sholat Idul Adha di tempat terbuka.
Otoritas kesehatan setempat mengatakan, 16 warga Palestina tewas dalam serangan Israel. Sebagian besar warga tewas di Gaza utara.
Militer Israel diguncang oleh tewasnya empat tentara di sebuah gedung yang dipasangi bom di Khan Younis. Ini membuat jumlah korban tewas di pihak tentara menjadi delapan sejak awal Juni.
"Ini adalah hari yang menyedihkan dan sulit," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
2. Bantuan Dihentikan
Sementara itu, penyaluran bantuan di Gaza dihentikan pada Jumat. Hal ini setelah Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS dan Israel mengatakan kepadatan penduduk telah membuat operasi tidak aman untuk dilanjutkan.
Dalam pesan yang membingungkan, GHF pertama kali mengumumkan lokasi penyalurannya di Gaza selatan ditutup. Kemudian GHF mengungkapkan, mereka benar-benar telah membagikan makanan, sebelum mengatakan mereka harus menutup gerbangnya sebagai tindakan pencegahan.
"Penyaluran bantuan dilakukan dengan damai dan tanpa insiden. Namun, kegiatan itu dihentikan sementara karena kepadatan yang berlebihan sehingga tidak aman untuk dilanjutkan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza berisiko mengalami kelaparan setelah blokade Israel selama 11 minggu di daerah kantong itu. Jumlah anak-anak kecil yang menderita malnutrisi akut hampir tiga kali lipat.
Militer mengatakan pada Jumat, warga Gaza hanya boleh bepergian ke dan dari pusat distribusi GHF dari pukul 06.00 hingga 18.00. Di luar jam siang hari, rute akses ini harus dianggap sebagai zona militer tertutup.
"Memasukinya menimbulkan risiko yang signifikan bagi hidup Anda," tulis juru bicara militer Avichay Adraee di X.
Namun, banyak warga Gaza mengatakan mereka harus berjalan kaki selama berjam-jam untuk mencapai lokasi tersebut. Berarti mereka harus mulai bepergian jauh sebelum fajar jika mereka ingin memperoleh kesempatan untuk menerima makanan.
Warga Palestina menggambarkan proses distribusi sebagai kacau dan tidak terorganisir dengan baik. Warga mengatakan persediaan yang terbatas telah menyebabkan desakan di rute akses pada dini hari.
Pada hari Jumat, GHF mengatakan telah mengirimkan 8.160 kotak makanan, menyediakan sekitar 471.240 makanan individu.
Sejak meluncurkan operasinya, GHF telah membuka tiga lokasi, tetapi selama dua hari terakhir, hanya dua di antaranya yang berfungsi. Lokasi yang dijanjikan di Gaza utara belum dibuka.
Hingga saat ini, menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 54 ribu warga tewas akibat serangan militer Israel sejak 2023.
Editor : Boby