Gagal Infus di RS Swasta, Anak 4 Tahun di Karawang Alami Pecah Pembuluh Darah dan Trauma

KARAWANG, iNEWSKarawang.id - Di balik senyum lembut seorang ibu muda bernama Indah Sari Dewi (28), tersembunyi luka batin yang belum jua sembuh. Air matanya masih mengalir setiap kali mengenang penderitaan sang buah hati berinisial T, anak perempuan kecilnya yang baru berusia empat tahun, seorang anak yang dinantikan penuh harap lewat perjuangan panjang program bayi tabung.
Namun harapan yang dibungkus doa itu berubah menjadi duka yang mendalam, ketika T harus menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Karawang. Kejadian yang menggoreskan trauma, bukan hanya pada tubuh mungil sang anak, tetapi juga pada hati seorang ibu.
Tanggal 28 April menjadi saksi awal dari nestapa itu. Saat tubuh kecil T kejang mendadak, Indah Sari Dewi sebagai seorang ibu langsung panik namun tetap berusaha tenang.
Dengan segala rasa cemas, ia memilih rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas Super VIP karena ia hanya ingin yang terbaik bagi darah dagingnya, namun kenyataan pahit menamparnya.
"Anak saya gagal diinfus berkali-kali, total ada 12 tusukan, darahnya menetes ke lantai dan sprei kasurnya. Saya cuma bisa peluk dia, tapi saya nggak bisa lindungi dia."katanya seraya menunjukkan dokumentasi foto dan video yang menjadi saksi bisu penderitaan putrinya.
Indah merasa ada yang janggal dalam penanganan di rumah sakit tersebut, karena sepengalamanya di rumah sakit lain, infus selalu berhasil hanya dengan satu tusukan.
Yang lebih memilukan, ketika T mulai muntah dan kondisinya kian melemah, permintaan Indah agar dirujuk ke rumah sakit lain tak kunjung digubris. Berjam-jam berlalu dalam kecemasan, namun permohonannya seolah tak berarti.
“Mereka justru marah saat saya minta dirujuk. Alasannya prosedur asuransi,”ucapnya.
Menurut indah, sang anak sempat mengalami pecah pembuluh darah akibat kegagalan infus tersbut. Akibatnya, sang anak selalu mengeluarkan cairan darah dari salah satu lubang bekas percobaan infus tersebut.
"Setelah saya cek ke rumah sakit lain, ternyata pembuluh darah anak saya pecah akibat suntikan itu. Anak saya juga jadi trauma, selalu ketakutan melihat orang memakai baju putih,"paparnya.
Ditempat yang sama, R. Dian Abadi, kuasa hukum Indah, menyatakan bahwa mereka tengah menempuh jalur hukum. Pihaknya menduga ada unsur kelalaian yang serius. Namun pihak rumah sakit dinilai tidak kooperatif, bahkan enggan memberikan salinan rekam medis yang menjadi hak pasien.
"Mereka hanya beri kronologi versi mereka. Padahal ada pengakuan bahwa perawat sempat tertidur saat bertugas, tapi hanya diberi surat peringatan,"ucapnya.
Indah kembali menimpali, meski fasilitas Super VIP telah dibayar lunas, dia mengaku pelayanan yang diterima jauh dari harapannya. Keluhan tentang lambatnya respons perawat dan kondisi ruangan pun tak pernah ditindaklanjuti.
"Kalau kami yang bayar penuh diperlakukan begini, bagaimana yang pakai BPJS?"tandasnya.
Kini, bukan hanya keadilan yang mereka cari. Keluarga kecil ini berharap tak ada lagi anak-anak yang mengalami luka dan trauma serupa.
"Cukuplah T yang jadi korban. Jangan ada lagi anak yang menangis kesakitan karena kelalaian pelayanan rumah sakit. Kalo bisa ditutup saja rumah sakit seperti itu,"tutup Indah, menahan tangis.
Editor : Frizky Wibisono