get app
inews
Aa Text
Read Next : Bapenda Karawang Luncurkan Fitur E-SPPT, Wajib Pajak Bisa Cetak SPPT Secara Mandiri

Berdiri Sejak Masa Hindia Belanda, Inilah Bangunan Dinas Tertua di Karawang, Usianya 200 Tahun

Kamis, 17 April 2025 | 16:31 WIB
header img
Berdiri Sejak Masa Hindia Belanda, Inilah Bangunan Dinas Tertua di Karawang, Usianya 200 Tahun. Foto : Doc. Disparbud Karawang.

KARAWANG, iNEWSKarawang.id - Di sudut jalan yang tak jauh dari pusat kota Karawang, berdiri kokoh sebuah bangunan bergaya kolonial. Cat putihnya mulai memudar, kayu jendelanya tua namun tetap gagah, dan pendoponya yang kini berdinding pernah jadi saksi bisu rapat-rapat penting tempo dulu. 

Inilah Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Karawang—gedung tua yang menyimpan jejak panjang sejarah pemerintahan di tanah Pangkal Perjuangan.

Tahun 2025 menjadi momen penting bagi bangunan berusia lebih dari dua abad ini. Rencana penetapan sebagai cagar budaya tingkat kabupaten sedang digodok.

Di balik dinding-dinding tuanya, tersimpan kisah panjang yang menautkan masa kolonial Belanda, peralihan kekuasaan, hingga berdirinya Karawang sebagai kabupaten mandiri.

“Ini bukan sekadar bangunan, ini adalah bagian dari identitas sejarah Karawang,” ujar Obar Subarja, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Karawang, saat ditemui Kamis (17/4/2025).

Obar menyebut, gedung ini dulunya adalah Kantor Kewedanaan Karawang pada masa Hindia Belanda. Dibangun sekitar abad ke-18, ia menjadi pusat pemerintahan lokal yang kala itu berada di bawah struktur kolonial yang kaku namun rapi. 

"Waktu itu, rapat minggon bupati diadakan di sini, di pendopo yang dulunya belum berdinding,” kenang Obar.

Yang menarik, meski Karawang kini berkembang pesat, gedung ini justru menjadi satu-satunya peninggalan arsitektur kolonial yang masih utuh di kabupaten ini. 

"Gedung-gedung tua lainnya lebih banyak di Purwakarta, karena dulunya pusat pemerintahan Kabupaten Karawang memang di sana,” tambah Obar.

Napak Tilas Administrasi Lama

Dalam sejarahnya, wilayah Karawang pernah menjadi bagian dari sistem pemerintahan kolonial yang kompleks. Nama “Krawang” kala itu merujuk pada banyak hal—sebuah keresidenan, kabupaten, distrik, bahkan kecamatan.

Struktur pemerintahan zaman kolonial begitu rumit. Terdapat dua patih, seorang patinggi, dan kepala-kepala urusan seperti Hoofd Djaksa (jaksa kepala), Hoofd Penghulu, hingga Mantri Gudang Kopi. Mereka semua menjalankan roda pemerintahan dengan bantuan sekretaris atau juru tulis. Dan di antara semua itu, Kawedanan Karawang menjadi simpul penting kekuasaan lokal.

Pada tahun 1831, ibu kota Kabupaten Karawang dipindahkan dari Wanayasa ke Purwakarta. Namun, Distrik Karawang tetap menjadi pusat tersendiri. Catatan dari tahun 1845 menunjukkan, Karawang saat itu memiliki 34 desa di bawah satu distrik.

Perubahan dan Perjalanan Gedung

Gedung yang kini berdiri sebagai Kantor Disparbud dibangun lebih permanen sekitar tahun 1923, dan dikenal sebagai Gedung Juang. Ia menjadi saksi banyak peristiwa penting, dari masa kolonial hingga era kemerdekaan.

Pada 1922, perubahan sistem pemerintahan lewat Bestuurshervormingswet menghapus status Keresidenan Karawang. Wilayah ini kemudian masuk dalam Keresidenan Batavia bersama Meester Cornelis (Jatinegara) dan Batavia (Jakarta). Namun identitas Karawang tak pernah hilang. Bahkan saat Provinsi Jawa Barat dibentuk tahun 1926, Karawang tetap menjadi bagian penting dalam percaturan wilayah.

Struktur pemerintahan terus berubah. Kawedanan dan keresidenan resmi dihapus lewat Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 1963. Namun gedung ini tetap hidup—menjadi kantor bupati, kemudian beralih fungsi menjadi Gedung BP7 di era Orde Baru, hingga kini menjadi rumah bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Menatap Masa Depan, Menghormati Perjuangan Leluhur

Kini, rencana menetapkan gedung ini sebagai cagar budaya bukan semata pelestarian fisik. Ia adalah bentuk penghormatan atas sejarah panjang Karawang yang tak banyak diketahui generasi muda.

“Cetak biru asli bangunan ini masih ada. Itu yang membuatnya istimewa. Kita bisa melihat langsung seperti apa konsep arsitektur pemerintahan lokal pada zaman Belanda,” tutur Obar dengan bangga.

Di tengah geliat modernisasi Karawang, gedung tua ini menjadi penanda bahwa di balik beton dan kaca, ada lapisan sejarah yang tak boleh dilupakan. Jika dindingnya bisa bicara, mungkin ia akan bercerita tentang para pejabat yang datang dan pergi, tentang rapat-rapat penting yang menentukan arah daerah, hingga tentang rakyat yang dulu datang ke pendopo untuk menyampaikan aspirasinya.

Gedung Disparbud bukan sekadar bangunan tua—ia adalah penjaga ingatan Karawang. Dan kini, waktunya tiba untuk memberi penghargaan yang layak: sebagai cagar budaya yang akan terus hidup, tak hanya di buku sejarah, tapi juga di hati masyarakatnya.

Editor : Frizky Wibisono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut