KARAWANG, iNewsKarawang.id – Polemik pengadaan puluhan kontainer sebagai ruang kelas sementara di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) terus menuai sorotan. Kali ini, Cellica Nurrachadiana, Anggota DPR RI sekaligus mantan Bupati Karawang, angkat bicara dan memberikan kritikan tajam melalui akun media sosial resminya, @cellicanurrachadiana__, Selasa (17/12/2024).
Dalam unggahannya, Cellica menyoroti lima poin krusial terkait kebijakan kontroversial tersebut. Ia menilai kebijakan ini harus dievaluasi secara menyeluruh demi masa depan pendidikan di Karawang.
“Sejak 2014, Unsika telah menjadi kebanggaan Karawang sebagai satu-satunya PTN. Namun, kebijakan ini perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan mahasiswa maupun citra pendidikan di daerah kita,” tulis Cellica.
1. Perencanaan yang Tidak Matang
Cellica menekankan pentingnya perencanaan matang dalam setiap kebijakan. Menurutnya, transformasi dan inovasi di lingkungan kampus harus dibarengi dengan pengelolaan anggaran yang bijak dan transparan. Unsika juga harus mempertimbangkan lonjakan jumlah mahasiswa dan peningkatan program studi yang terjadi setiap tahun.
2. Kapasitas Tidak Seimbang
Tingginya minat masyarakat Karawang maupun luar daerah untuk masuk ke Unsika memang patut diapresiasi. Namun, Cellica mengingatkan bahwa peningkatan jumlah mahasiswa harus diiringi dengan kesiapan sarana dan prasarana yang memadai.
“Jangan sampai mahasiswa dikorbankan hanya karena kapasitas yang tidak seimbang dengan fasilitas kampus,” dikutip dari unggahan Instagram Cellica.
3. Anggaran Rp6,4 Miliar Dinilai Tidak Bijak
Cellica menyoroti besarnya anggaran senilai Rp6,4 miliar untuk pengadaan kontainer sebagai ruang kelas darurat. Ia menilai langkah ini tidak efisien jika dibandingkan dengan pembangunan ruang kelas permanen yang lebih kokoh dan bisa digunakan jangka panjang.
“Kenapa tidak dialokasikan langsung untuk pembangunan yang lebih bermanfaat dan berkelanjutan?” tulis Cellica.
4. Solusi Alternatif: Kuliah Online atau Pembagian Waktu
Menurut Cellica, mekanisme pembelajaran online atau pengaturan waktu kuliah antarprogram studi bisa menjadi solusi sementara untuk mengatasi keterbatasan ruang belajar. Hal ini dinilai lebih efektif dibandingkan pengadaan kontainer yang bersifat sementara.
5. Kebijakan Cacat Komunikasi
Terakhir, Cellica menegaskan pentingnya komunikasi terbuka antara pihak rektorat dan berbagai pemangku kepentingan. Menurutnya, kebijakan besar seperti ini harus dikaji bersama untuk mencegah polemik yang merugikan semua pihak.
“Komunikasi yang buruk hanya akan menimbulkan keresahan di kalangan mahasiswa dan masyarakat,” tutup Cellica dalam unggahannya.
Dikabarkan sebelumnya, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Indra Budiman mengungkapkan "Pengadaan kelas kabin atau kontainer ini jauh lebih mudah seperti halnya kita membeli barang," ucap Indra.
"Untuk 40 ruang kelas kita memerlukan 80 konteiner. Karena, untuk satu ruang kelas itu terdiri dari dua kontainer dengan ukuran 20 feet untuk satu kelas. Yang, didalamnya nanti ada jendela, ventilasi yang memadai, air bersih, listrik , AC dua unit @1 PK. Dan lantainya pun dibuat kuat dengan meja dan kursi kuliah, meja kursi dosen dan proyektor," paparnya saat konferensi pers di Unsika, Selasa,(17/12/2024).
Diterangkan Indra, rencananya bagian atas kontainer akan dibuat lapisan khusus agar kelas menjadi nyaman tidak terlalu berisik dan terlalu panas.
"Dari 40 ruang kelas tadi akan disediakan juga toilet. Dengan menggunakan 2 kontainer. Satu kontainer untuk 4 toilet pria dan satu kontainer untuk 4 toilet wanita. Yang jelas, sebuah ruang kelas yang lengkap," ungkap Indra.
Disinggung mengenai total anggaran pembangunan kelas kabin, Indra menjawab, untuk satu kelas kabin yang terdiri dari dua kontainer ini dianggarkan sebesar Rp. 160 juta (pagu anggaran) dengan utilitas didalamnya.
"Untuk landscape belum kita anggarkan. Total anggaran keseluruhan sekitar Rp. 6, 4 Miliar rupiah (pagu anggaran) yang pos anggarannya berasal dari Badan Layanan Umum (BLU) murni Unsika," tandasnya.
Editor : Frizky Wibisono