KARAWANG, iNewsKarawang.id - Nasib tragis menimpa Sahaman (63), seorang pria paruh baya dari Dusun Daringo, Desa Pangulah Selatan, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, yang tewas dalam kecelakaan maut Kereta Api Fajar Utama pada Minggu pagi, 23 September 2024.
Sosok Sahaman dikenal masyarakat sebagai penjaga pintu air atau ulu-ulu yang ramah dan berdedikasi.
Sahaman telah puluhan tahun menjalankan profesinya, memastikan suplai air bagi sawah-sawah di Desa Pangulah Selatan, meski beberapa tahun terakhir penglihatannya terganggu oleh penyakit katarak.
Meski begitu, ia tetap bekerja keras siang dan malam, kadang dibantu warga setempat karena kesulitan melihat dengan jelas.
"Sahaman selalu mampir ke warung saya untuk ngopi dan bercerita setelah selesai mengatur air," ungkap Reban, pemilik warung yang sering menjadi tempat istirahat Sahaman kepada reporter iNewskarawang.id, Senin,(23/9/2024).
Menurut Reban, meskipun Sahaman baru sembuh dari operasi katarak sekitar setahun yang lalu, kejadian tragis itu tetap tak terhindarkan.
Pada pagi yang naas, Minggu (21/9/2024), sekitar pukul 07.00 WIB, Sahaman duduk di rel kereta dekat warung Reban setelah menolak tawaran kopi dari istri Reban.
Tanpa disadari, di saat yang bersamaan, sebuah Kereta Api Fajar Utama melintas dengan kecepatan tinggi.
Di sekitar Sahaman, Anita Andini (37), bersama dua anak kecil, Ted Alfarizi (7) dan Muhamad Alikhasan (7), sedang bermain di dekat rel. Dalam hitungan detik, tragedi pun terjadi.
Sahaman, Anita, Ted, dan Alikhasan tertabrak kereta api tersebut. Tragisnya, Ted Alfarizi yang baru berusia tujuh tahun terseret oleh kereta hingga Patokbeusi, Subang.
Anak dari Anita, yang menyaksikan kejadian mengerikan itu, berlari ke warung sambil menangis histeris memanggil ibunya.
"Istriku langsung memeluk anaknya yang menangis kejer. Kejadian ini benar-benar mengagetkan," Tandasnya.
Editor : Frizky Wibisono