BANDUNG, iNewsKarawang.id - Kisah haru mewarnai seorang gadis asal Bandung yang berjuang menghadapi kanker tulangyang dideritanya. Ceritanya belum lama ini viral.
Cerita tersebut tampak terangkum dalam beberapa konten yang diunggah di akun Tiktok gadis bernama Hani Hanaf itu.
Diketahui melalui salah satu kontennya yang telah viral itu, Hani lantas mengungkapkan pertama kali saat dirinya divonis menderita kanker tulang. Hal itu bermula saat dirinya mengalami gejala berupa pegal-pegal biasa, hingga berujung dengan gejala pegal-pegal berat.
Merasa gejala pegal-pegalnya tersebut mulai tidak normal, Hani lanta berinisiatif ke dokter untuk melalukan rontgen di bagian tangan kirinya itu. Awalnya, sang dokter menyebut, bahwa di ia kemungkinan mengalami tumor tulang.
“Gejala awal yang aku alami itu awalnya pegel. Lama-lama pegelnya berat, mulai nggak normal. Sampai ada pembengkakan di tangan sebelah sini. Di rontgen hasil, rontgen bilang kalau misalnya ini kemungkinan tumor tulang,” ujar Hani, dalam salah satu konten di akun TikToknya, @hanihanaff.
Namun, saat dirinya dibiopsi alias melakukan pemeriksaan sampel jaringan di laboratorium, Hani ternyata divonis menderita kanker tulang osteosarcoma, yakni jenis kanker tulang yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan sel abnormal yang bermula pada sel-sel pembentuk tulang.
Pasca-divonis kanker tulang tersebut, Hani lantas harus melakukan serangkaian pengobatan. Mulai dari kemoterapi, hingga operasi besar berkali-kali akibat infeksi di bagian tulang tangan kirinya itu.
“Aku dibiopsi dan hasilnya kanker tulang osteosarcoma. Sekarang aku udah ngejalanin semua, rangkaian pengobatan kanker, mulai dari tiga kali kemo, operasi besar, tiga kali kemo lagi, dan ternyata dari operasi besar itu ada infeksi,” tuturnya.
“Tindakan operasi besar pertama aku itu rekonstruksi tulang. Jadi tulang aku dikeluarin dari tangan, dibersihin dari kankernya, terus direndam cairan, dimasukkan lagi pakai pen. Dan itu tadinya pennya itu untuk seumur hidup kan, jadi udahlah selesai,” sambungnya.
Namun, penderitaan Hani ternyata tidak usai. Infeksi di tulang tangan kirinya itu tampak kembali menjalar. Ia lantas harus kembali menjalani operasi untuk kesekian kalinya. Bahkan, karena infeksi tersebut, tulang tangannya tidak lagi hanya bisa ditopang menggunakan pen, namun benar-benar harus diganti dengan semen.
“Tapi ternyata, tangan aku ada infeksi. Selang beberapa bulan dan akhirnya aku harus operasi infeksi, tapi dari sana, ternyata tulang aku nggak nyembuh,” ungkapnya.
"Operasi besar ini rencananya tulang aku bakalan diganti sama semen. Doian ya semoga jadwal operasinya cepat keluar. Dan doain juga operasi aku yang ke 9 nanti adalah operasi yang terakhir. Amin ya Allah. Semangat,” lanjutnya.
Lalu apa saja gejala kanker tulang?
Dikutip dari Mayapada hospitals, gejala kanker tulang antara lain,
1. Muncul Benjolan
Benjolan tersebut muncul pada tulang, tetapi bisa juga benjolan itu dinyatakan tumor jinak.
2. Terasa Nyeri
Bisa menimbulkan nyeri hebat yang menyebabkan tulangnya rusak dan patah.
3. Mengkilap
Karena benjolan yang besar menyebabkan terlihat mengkilap.
4. Mengalami Sesak napas
Sebagian pasien stadium lanjut keluhannya bertambah menjadi sesak napas, karena kanker tersebut sudah menyebar ke paru-paru.
5. Penurunan berat badan
Akibat benjolan bertambah besar, pasien pun bertambah kurus.
Lalu apa penyebab dan faktor risiko kanker tulang?
Menurut dr. M. Hardian Basuki, Sp.OT (K), Dokter Spesialis Ortopedi (Tulang dan Traumatologi) - Konsultan Onkologi Rekonstruksi dari Mayapada Hospital Surabaya (MHSB), sampai sekarang penyebab kanker tulang belum diketahui.
Ada yang mengatakan faktor genetik (internal) atau eksternal (karena efek radioterapi) akibat radioterapi kanker lainnya. Atau memang karena yang bersangkutan sudah memiliki tumor jinak di usia muda kemudian berubah menjadi ganas.
“Maka hati-hati jika punya keluarga dengan tumor jinak di area lokasi yang disebutkan tadi, ada faktor risiko menjadi ganas di kemudian hari,” ujar dr. M. Hardian Basuki, Sp.OT (K).
Jangan memijat seseorang yang baru saja terjatuh dengan mengeluhkan benjolan. Pijat justru menambah proses trauma.
“Proses jatuh itu sebetulnya sama dengan proses pijat,” kata dr. M. Hardian Basuki, Sp.OT (K). “Jika dipijat lagi itu menambah trauma.”
Editor : Boby