Pada awal pemberontakannya, dinyatakan bahwa BPRI merupakan organisasi yang ekstrem dan radikal. Artinya organisasi itu memobilisasi rakyat jelata untuk bersama - sama melakukan pemberontakan. Bung Tomo menegaskan bahwa BPRI yang didirikannya akan melakukan pemberontakan dengan mempertaruhkan nyawa apabila kedaulatan Republik Indonesia dilanggar, serta kehormatan dan keselamatan pimpinan nasional yang sedang berdiplomasi terancam.
Dengan BPRI, sebenarnya secara politis Bung Tomo ingin mengorganisasi wakil - wakil kelompok masyarakat, yang bersifat anti-fasis dan anti Jepang, sebagaimana tercermin dalam susunan pimpinan organisasinya itu. Dengan kendaraan BPRI, sebenarnya Bung Tomo berusaha menarik simpati kelompok buruh, tukang becak, para petani miskin, pedagang asongan, pedagang kecil di pasar, dan semua kelompok kecil lainnya. Bung berharap mereka bisa bergabung dengan BPRI atau minimal mengenal gagasan dan gerakan BPRI.
Selain berjuang angkat senjata dengan melakukan pemberontakan, BPRI juga kerap hadir dalam perundingan - perundingan di masa revolusi fisik antara tahun 1945 - 1949. BPRI hadir melakukan jihad yang bersifat politis dan menyentuh aspek - aspek fundamental dalam ketahanan negara Indonesia.
Bahkan berkat sepak terjang BPRI baik melalui perundingan dengan pemberontakan, tokoh pejuang yang sangat berpengaruh saat itu bahkan turut merestui pembentukan BPRI. Tokoh pejuang bernama Mayor General Professor Moestopo ini adalah seorang dokter gigi Indonesia, pejuang kemerdekaan, dan pendidik yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Editor : Boby