"Kenapa kedelai selama ini kita tinggalkan dan melakukan importasi yang sangat besar sekitar di atas 90% padahal kita makan tempe dan tahu, karena selama ini petani lebih tertarik menanam jagung," jelasnya.
"Harganya sama kurang lebih Rp5.000 sedangkan per hektare jagung bisa (memproduksi) 6-7 ton sementara kedelai hanya 1,5 ton," tambahnya.
Dia memastikan upaya menemukan varietas yang bisa menghasilkan volume produksi lebih besar, pemerintah tetap berusaha menjaga minat petani untuk menanam kedelai lewat pengendalian harga beli.
"Bapak Presiden mengatakan impor memang harus dilakukan, tetapi sepanjang bisa ditanam maksimal maka tanam sebanyak-banyaknya dan beli yang ditanam oleh rakyat, tentukan harganya agar rakyat bisa tertarik menanam kedelai," katanya.
Dia juga menyebut dalam rapat internal terbatas sudah disebutkan kisaran harga yang mungkin ditetapkan oleh pemerintah terkait harga beli kedelai dari petani.
Kendati demikian, hal itu akan diputuskan lebih lanjut melalui rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sekira sepekan ke depan.
"Satu minggu ini saya yakin Pak Menko sudah mengeluarkan kesepakatan kita untuk menetapkan harga pembelian minimal bagi kedelai," ucapnya.
"Tadi ada ancer-ancer angka yang sudah disebutkan dan itu sudah sangat luar biasa untuk petani kita, insyaallah. Tapi tentu saja ini akan didahului dengan rapat koordinasi Pak Menko untuk menetapkannya," jelasnya.
Sebagai informasi, Mentan menyatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan perluasan lahan tanam kedelai menjadi 351 ribu hektare dan saat ini baru mencapai 67 ribu hektare.
Diketahui pada 2021 produksi kedelai nasional hanya mencapai 211 ton, sedangkan kedelai impor yang masuk sebesar 2,48 juta ton.
Editor : Boby