AS Mulai Ketar-Ketir, Minta Bantuan China Bujuk Iran Tak Tutup Selat Hormuz

Rahman Asmardika/Boby
Kapal tanker Korea Selatan ditahan militer Iran saat melintasi Selat Hormuz pada 2021.

JAKARTA, iNewsKarawang. id-Kekhawatiran Iran menutup Selat Hormuz ini semakin meningkat, menyusul serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu, (21/6/2025).

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio telah meminta China untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz, yang merupakan salah satu rute pelayaran terpenting di dunia. 

Pernyataan Marco Rubio muncul setelah Press TV Iran melaporkan bahwa parlemen negara itu telah menyetujui rencana untuk menutup Selat Hormuz. Setelah mendapat persetujuan parlemen, keputusan akhir terkait langkah penutupan Selat Hormuz berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran.

Pasalnya penutupan Selat Hormuz akan memberi dampak besar pada perekonomian dunia, terutama pada harga minyak global. Harga minyak mentah sendiri telah melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan setelah serangan AS ke situs nuklir Iran.

Kerugian Bagi China

China, yang memiliki hubungan dekat dengan Teheran dan merupakan pembeli minyak terbesar Iran juga mengalami pukulan keras jika Selat Hormuz ditutup.

"Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka (Iran) mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," kata Marco Rubio dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Minggu, (22/6/2025).

"Jika mereka (menutup Selat)... itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi mereka. Dan kami memiliki pilihan untuk mengatasinya, tetapi negara-negara lain juga harus mempertimbangkannya. Itu akan merugikan ekonomi negara-negara lain jauh lebih parah daripada ekonomi kami."

Sekira 20 persen minyak dunia melewati Selat Hormuz, dengan produsen minyak dan gas utama di Timur Tengah menggunakan jalur air tersebut untuk mengangkut energi dari wilayah tersebut.

Harga Minyak Meroket

Setiap upaya untuk mengganggu operasi di Selat tersebut dapat menyebabkan harga minyak global meroket. Harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak Januari, dengan harga minyak mentah Brent mencapai USD78,89 per barel pada Minggu.

Biaya minyak mentah memengaruhi segalanya, mulai dari biaya untuk mengisi bahan bakar mobil hingga harga makanan di supermarket.

China khususnya membeli lebih banyak minyak dari Iran daripada negara lain - dengan impor minyaknya dari Iran melampaui 1,8 juta barel per hari bulan lalu, menurut data oleh perusahaan pelacakan kapal Vortexa.

Ekonomi utama Asia lainnya termasuk India, Jepang, dan Korea Selatan juga sangat bergantung pada minyak mentah yang melewati Selat tersebut, demikian dilansir BBC. 

Pada Senin, (23/6/2025) Beijing mengatakan serangan AS telah merusak kredibilitas Washington dan menyerukan gencatan senjata segera.

Duta Besar China untuk PBB Fu Cong mengatakan semua pihak harus menahan "dorongan kekerasan... dan menambahkan bahan bakar ke api", menurut laporan CCTV yang dikelola pemerintah.

Dalam sebuah tajuk rencana, surat kabar pemerintah Beijing, Global Times, juga mengatakan keterlibatan AS di Iran "telah semakin memperumit dan mengacaukan situasi Timur Tengah" dan bahwa hal itu mendorong konflik ke "kondisi yang tidak terkendali".

Editor : Boby

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network