KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Tim Briket Sekam Beraroma (Brisma) dari Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, berhasil meraih hibah internasional bergengsi dari program Young Southeast Asian Leadership Initiative (YSEALI) Seeds for the Future 2025.
Program ini didanai oleh pemerintah Amerika Serikat dan ditujukan untuk mendukung pengembangan potensi pemuda-pemudi Asia Tenggara.
Ketua tim, Ikhwanussafa Sadidan, S.Pt., M.Sc., menjelaskan bahwa mereka menerima dana hibah sebesar 8.000 USD dalam skema community development atau pengembangan komunitas.
“Program YSEALI ini memang rutin memberikan hibah bagi anak muda di Asia Tenggara. Proposal kami berjudul Transforming Rice Husk Into Aromatic Briquette, yang mengusung konsep mengolah limbah sekam padi menjadi briket beraroma bernilai jual,” ujarnya, Selasa (15/4/2025).
Melalui proyek ini, tim Brisma berkolaborasi dengan para petani di Karawang dalam memanfaatkan sekam padi yang biasanya hanya dibakar dan mencemari lingkungan. Kini, limbah tersebut disulap menjadi briket ramah lingkungan yang tak hanya memiliki nilai ekonomi, tapi juga lebih unggul dari arang biasa.
“Briket ini bisa menyala lebih lama, sekitar 1 hingga 2 jam, dan menghasilkan lebih sedikit polusi. Selain itu, saat dibakar, briket ini mengeluarkan aroma harum seperti kayu manis dan kayu putih,” tambahnya.
Sadidan mengungkapkan, proses pembuatan briket dilakukan dengan peralatan sederhana. Sekam dipanggang di wajan hingga berwarna hitam, lalu ditumbuk atau diblender bersama tepung tapioka. Setelah itu dikeringkan, baik di bawah sinar matahari maupun menggunakan oven agar lebih cepat.
Menariknya, ide ini awalnya muncul dari proposal yang sempat ditolak dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Namun, berkat semangat mahasiswa yang tetap ingin melanjutkan, proyek ini akhirnya berkembang dan berhasil menembus skema hibah internasional.
“Awalnya kami hanya didanai oleh inkubator bisnis Unsika. Lalu saya bilang, kenapa tidak coba ajukan ke level internasional? Ternyata diterima,” ungkap Sadidan.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Brisma, Fawzy Muhammad Bayfurqon, S.P., M.P., menambahkan bahwa program ini tidak hanya berdampak dari sisi ekonomi, tapi juga lingkungan. Karawang sebagai lumbung padi menghasilkan limbah sekam dalam jumlah besar yang selama ini dibakar atau digunakan seadanya.
“Dengan inovasi ini, sekam yang semula dianggap limbah bisa jadi produk bernilai ekonomi. Petani bisa menjual briket ini sebagai penghasilan tambahan, sekaligus mengurangi limbah dan menciptakan sumber energi alternatif,” pungkasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait