“Ini adalah balon pengintai RRC (Republik Rakyat Tiongkok). Balon pengintai ini dengan sengaja melintasi Amerika Serikat dan Kanada dan kami yakin balon itu berupaya memantau situs-situs militer yang sensitif,” kata seorang pejabat senior pemerintah AS.
Pejabat itu mengatakan balon kedua, yang terlihat di atas Amerika Tengah dan Selatan, adalah “balon pengintai RRC lainnya” dan memiliki karakteristik teknis yang serupa dengan yang terbang di atas AS.
“Kedua balon juga membawa peralatan pengawasan yang biasanya tidak terkait dengan kegiatan meteorologi standar atau penelitian sipil,” kata pejabat tersebut.
“Koleksi peralatan pod dan panel surya yang terletak di rangka logam yang digantung di bawah balon adalah fitur yang menonjol dari kedua balon,” lanjutnya.
Pejabat Pentagon awal pekan ini mengatakan balon itu tidak menimbulkan ancaman "militer atau fisik". AS memutuskan untuk tidak menembak jatuh balon tersebut saat berada di darat karena risiko jatuhnya puing-puing yang melukai warga sipil dan malah menunggu sampai berada di atas lautan.
Militer AS sekarang akan fokus pada upaya pemulihan puing-puing.
Insiden tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian kasus mata-mata dan telah memicu krisis diplomatik antara Beijing dan Washington.
Sementara itu pihak berwenang Taiwan pada Minggu (5/2/2023) mengatakan bahwa insiden balon China “tidak boleh ditoleransi oleh komunitas internasional yang beradab.”
Pulau yang diperintah sendiri, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya meskipun tidak pernah menguasainya, memiliki pengalaman balon serupa yang terbang di atas wilayahnya.
"Tindakan seperti itu oleh pemerintah Partai Komunis China bertentangan dengan hukum internasional, melanggar wilayah udara negara lain, dan melanggar kedaulatan mereka," kata Kementerian Luar Negeri Taiwan dalam sebuah pernyataan.
Taiwan juga menyerukan pemerintah China untuk segera menghentikan perilaku semacam ini yang melanggar batas negara lain dan menyebabkan ketidakstabilan regional.
Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, balon yang diyakini digunakan untuk "pengamatan meteorologi" terbang di atas pulau itu pada September 2021 dan Februari 2022.
Namun masih belum jelas apakah balon-balon itu adalah jenis yang sama dengan yang ditembak jatuh jet tempur AS pada Sabtu (4/2/2023).
Editor : Boby
Artikel Terkait