Secara historis, Korut hidup dengan bergantung pada perdagangan seperti mengekspor batu bara, rokok, dan tenaga kerja ke Asia Tenggara, Rusia, dan terutama China.
Namun, pandemi Covid-19 menipiskan pendapatan negara. Perdagangan dengan China, sejauh ini merupakan mitra ekonomi terbesar Korut, turun 80% pada 2020. Pada saat yang sama, nilai cryptocurrency telah meroket.
Dalam melancarkan aksinya, hacker Korut menggunakan file PDF yang berisi malware. Pada awal tahun ini seorang insinyur senior yang bekerja di Ronin didekati oleh agen Korut di LinkedIn untuk menawarkan pekerjaan.
Menurut laporan dari The Block, setelah beberapa putaran wawancara, insinyur menerima tawaran pekerjaan formal melalui PDF. Ketika insinyur senior mengklik tautan yang terinfeksi, tanpa disadari dia memberikan kunci peretas Korut ke empat validator tersebut.
Begitu mereka berhasil masuk ke Ronin, dengan mudah juga mereka masuk sistem komputer game web berbasis NFT, Axie Infinity, yang memang menggunakan blockchain Ronin. Uang $600 juta (Rp9,1 triliun) terkuras tidak lama kemudian
Beberapa waktu lalu, agen Korut juga berpura-pura menjadi pelamar pekerjaan dan mengirimkan resume kepada karyawan bank sentral Bangladesh. Kali ini setidaknya tiga karyawan mengklik tautan tersebut.
Dengan begitu, memberi mereka akses ke jaringan komputer bank. Para penyerang menunggu satu tahun penuh untuk bergerak dan, pada Februari 2016, berusaha menggasak $951 juta (Rp14,5 triliun) dari rekening Bank Bangladesh.
Itu adalah pencurian yang diatur dengan hati-hati. Peretas menghabiskan satu tahun belajar tentang sistem TI bank, dan merencanakan perampokan yang bertepatan dengan akhir pekan Jumat-Sabtu di Bangladesh.
"Semua keterampilan yang telah mereka pelajari, mereka pada dasarnya sekarang menerapkannya pada crypto,” kata Soo Kim, mantan analis CIA yang sekarang di Rand Corporation.
"Mereka mengirim anak-anak ini ke luar negeri, ke Rusia, untuk mendapatkan keterampilan (meretas), dan begitulah cara mereka melayani negara secara patriotik. Mereka menemukan cara untuk menyusup ke jaringan," lanjutnya.
Diperkirakan sekitar 7.000 warga Korut bekerja di program siber Korut. Kim Jong Un di masa lalu menyebut para penyerang siber elitnya sebagai "pejuang" yang dapat menembus sanksi apa pun demi pembangunan negara yang kuat dan sejahtera. Bu
Editor : Boby
Artikel Terkait