Kedua hadits di atas memang populer dan kerap disampaikan para penceramah. Mengutip laman pustaka ilmu sunni salafiyah-KTB terkait hadits pembagian Bulan Ramadhan dalam tiga fase, Menurut imam Suyuthi, status haditsnya hanya dhoif. Sanadnya, Sallam bin sawar dari maslamah bin shalt dari az zuhri dari Abu Hurairah dari Nabi.
Pendapat Ibnu Hibban dalam kitab al majruhin hadits yang diriwayatkan dari 2 perawi tersebut tidak bisa dijadikan pegangan hukum kecuali ada jalur riwayat lain.
3. Hadit Seputar Bulan Syaban
Hadits palsu lainnya yang populer di masyarakat yakni tentang mengagungkan bulan Sya'ban tertulis dalam hadits riwayat Ibnu Majah: 1/421
"Jika datang malam nisfu Sya'ban, maka lakukanlah qiyamul laill dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berfirman: 'Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni dia, adalah orang yang minta rizki kepada-Ku, maka akan aku beri dia rizki, adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia, adakah demikian, adakah demikian? (Allah mengatakan hal itu) sampai terbit fajar."
Status di atas adalah hadits palsu bulan Syaban. Rawi yang bernama Ibnu Abi Sabroh (Abu Bakar) tertuduh dusta, sebagaimana dalam Taqrib Al Hafizh.
Melansir buku '89 Kesalahan Seputar Puasa Ramadhan' terbitan Darul Falah, Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma'in) berkata tentangnya "Dia adalah rawi yang memalsukan hadits.
4. Puasa Syaban Terbaik Setelah Ramadhan
Berikutnya hadits palsu yang populer di kalangan masyarakat yakni berkaitan amalan di Bulan Syaban sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di nomor 599
عَنْ أَنَسٍ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ قِيلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِأَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَصَدَقَةُ بْنُ مُوسَى لَيْسَ عِنْدَهُمْ بِذَاكَ الْقَوِيِّ
Dari Anas dia berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadlan, Nabi SAW menjawab: “Bulan Sya’ban untuk memuliakan Ramadlan, ” Beliau ditanya lagi, lalu Shadaqah apa yang paling utama? Beliau menjawab: “Shadaqah di bulan Ramadlan.” Abu ‘Isa berkata, ini adalah hadits gharib dan menurut ahlul hadits Shadaqah bin Musa bukanlah rawi yang kuat.
Penjelasan: Hadis di atas dhaif atau lemah, namun boleh kah puasa di bulan sya’ban ? tentu saja boleh, karena di hadis lain yang sahih di atas, Rasulullah melakukan puasa di bulan tersebut.
Editor : Boby
Artikel Terkait