Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan kasus cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Bahkan Amerika Serikat (AS) sudah menetapkan kasus cacar monyet itu sebagai darurat kesehatan.
Saat ini, sudah lebih dari 70 negara mencatatkan adanya virus cacar monyet, termasuk negara tetangga Indonesia, Singapura.
Hal ini tentu membuat kekhawatiran tersendiri, mengingat ada beberapa orang yang sudah terpantau mengalami cacar, meskipun belum diketahui cacar yang diderita.
"Hingga 10 Agustus 2022, kasus suspek cacar monyet di Indonesia terus bertambah. Hal ini tentu harus menjadi perhatian kita bersama,"ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril saat diwawancarai MNC Portal di Gedung Google Indonesia, Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Mohammad Syahril menjelaskan, sampai saat ini kasus suspek cacar monyet yang dilaporkan berjumlah 17 kasus. Namun semua kasus suspek cacar monyet yang ditemukan itu negatif cacar monyet.
"Artinya, kesemua kasus tersebut masuk dalam kelompok discarded cacar monyet," tandasnya.
Itu berarti hingga sekarang belum ada satu pun kasus cacar monyet di Indonesia. Meski begitu, Syahril menyarankan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan pola hidup bersih dan sehat.
Informasi terakhir soal kasus suspek cacar monyet di Jawa Tengah adalah pasien negatif cacar monyet berdasar pemeriksaan PCR. Itu artinya, pasien tersebut pun masuk dalam kelompok discarded cacar monyet.
Menurut Mohammad Syahril, pasien suspek cacar monyet di Jawa Tengah hasil PCR-nya menunjukkan negatif.
Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia dr Retno Asti di sisi lain mengungkapkan hingga saat ini kasus cacar monyet tidak ada, itu artinya jika suatu hari kasus ditemukan di satu wilayah, wilayah itu otomatis ditetapkan sebagai kawasan KLB.
Kalau itu terjadi, langkah pertama yang akan dilakukan adalah memastikan kasus suspek dan probable dari temuan kasus konfirmasi cacar monyet. Langkah ini dilakukan untuk segera memutus penyebaran virus monkeypox di wilayah tersebut.
Tes laboratorium PCR akan dilakukan kepada mereka yang kontak dekat dengan pasien konfirmasi. Jika dari kontak dekat itu ada yang bergejala, mereka akan dikategorikan sebagai suspek dan probable.
Editor : Boby
Artikel Terkait