Ponpes Riyadhul Jannah Karawang Ludes Terbakar, 35 Santri Kini Mengungsi di Ruang Tamu Pesantren

KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadhul Jannah, Desa Mekarjaya, Kecamatan Purwasari, Kabupaten Karawang, berharap besar adanya perhatian dan bantuan dari Bupati Karawang, Aep Syaepuloh setelah kebakaran hebat melanda kompleks asrama putra pada Rabu (1/10/2025) sore, tepatnya sepekan yang lalu.
Kepala Ponpes Riyadhul Jannah, KH. Abdul Hakam, mengatakan pihaknya telah mengajukan permohonan bantuan ke pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan kembali asrama yang hangus terbakar.
“Kami sudah ajukan permohonan bantuan. Mudah-mudahan bisa segera terwujud. Harapan kami, ada perhatian dari Bupati Aep selaku pimpinan daerah supaya pembangunan bisa cepat selesai,” ujarnya penuh harap, Rabu (8/10/2025).
Rencana pembangunan ulang, kata Hakam, sudah disiapkan dan ditargetkan mulai Januari 2026, namun prosesnya masih bergantung pada dukungan dari pemerintah serta masyarakat.
"Kami ingin asrama ini bisa berdiri lagi, karena santri kami butuh tempat yang layak untuk belajar dan beristirahat. Kalau ada bantuan dari pemerintah, terutama dari Pak Bupati, insya Allah prosesnya bisa lebih cepat,” tambahnya.
Pasca kebakaran, satu bangunan asrama santri putra kini rata dengan tanah, menyisakan dinding bawah berwarna hijau pucat dan tumpukan bata merah di sekelilingnya. Sisa-sisa arang, kayu hangus, serta puing tembok tampak berserakan — menjadi saksi bisu betapa besarnya kobaran api yang melalap bangunan tersebut.
Menurut Abdul Hakam, kebakaran terjadi sekitar pukul 14.50 WIB dan diduga kuat berasal dari korsleting listrik, setelah arus KWH sempat turun dua kali. Tak lama kemudian, api dengan cepat membesar dan menjalar ke seluruh bangunan asrama yang baru beberapa bulan selesai dibangun.
"Awalnya KWH turun dua kali. Saya keluar, lihat ke arah asrama, ternyata apinya sudah besar. Semua bagian, termasuk mebel dan barang-barang di bawah, ikut terbakar,” jelas Hakam.
Sayangnya, proses pemadaman sempat terkendala karena petugas pemadam kebakaran salah alamat. Mereka awalnya menuju pesantren lain di Cikampek yang memiliki nama serupa, sehingga penanganan api terlambat dan seluruh bangunan tidak bisa diselamatkan.
"Ada kesalahan dari Damkar. Katanya yang diresmikan menteri itu di Cikampek, jadi mereka ke sana dulu. Setelah tahu, baru ke sini,” lanjutnya.
Akibat kebakaran tersebut, 35 santri putra terpaksa diungsikan sementara waktu. Beruntung, tidak ada korban jiwa, namun seluruh perlengkapan santri hangus terbakar tanpa sisa — mulai dari pakaian, kitab, hingga peralatan belajar.
Salah satu santri, Fajar Muis, mengaku masih trauma melihat tempat tinggalnya kini hanya tersisa puing-puing.
"Awalnya kaget banget. Waktu itu kami lagi belajar di masjid, terus kiai bilang kamar udah kebakar. Kami langsung lari ke depan, tapi api sudah besar,” ujar Fajar, siswa kelas 3 SMA.
Fajar dan rekan-rekannya sempat berusaha memadamkan api dengan air seadanya, namun kobaran api terlalu cepat menyebar.
"Langsung pengen cepat-cepat madamin, tapi apinya panas banget, cepat banget nyebarnya. Barang-barang semuanya hangus, nggak ada yang selamat,” katanya.
Kini, para santri menempati ruang tamu pesantren yang dialihfungsikan sebagai tempat tinggal darurat. Beberapa di antaranya harus bergantian tempat tidur karena keterbatasan ruang. Meski serba terbatas, kegiatan belajar tetap berjalan dengan semangat.
Editor : Frizky Wibisono