PR Besar Kasus HIV Aids di Karawang, Usia Produktif Terancam
KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karawang masih menjadi pekerjaan rumah besar. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Karawang mencatat, jumlah kumulatif kasus sejak 2000 hingga Mei 2025 mencapai 4.079 kasus. Bahkan, hanya dalam kurun Januari–Mei 2025 sudah ditemukan 370 kasus baru.
Staff KPA Karawang, Yana Aryana, mengungkapkan tren penyebaran HIV di Karawang kini mengalami pergeseran. Jika pada era 1990–2000 penularan banyak dipicu penggunaan narkoba suntik, kemudian bergeser ke hubungan heteroseksual pada 2000–2015, maka saat ini pola penularan justru didominasi hubungan sesama jenis.
“Kasus terbaru bahkan ditemukan pada seorang siswa kelas 11 SMA di Kalimantan. Itu menunjukkan HIV tidak lagi hanya menyerang orang dewasa, tetapi sudah merambah ke remaja,” jelas Yana, Rabu,(17/9/2025).
Data KPA menunjukkan kelompok usia produktif 25–49 tahun masih mendominasi dengan 216 kasus sepanjang 2025. Namun yang mengkhawatirkan, kasus di kalangan remaja juga meningkat. Tahun ini sudah ada 16 kasus pada kelompok usia 15–19 tahun.
“Pelaku seks bebas kini menyasar anak-anak muda. Dan yang lebih memprihatinkan, bukan hanya lawan jenis, tetapi juga sesama jenis,” katanya.
Selain remaja, Yana menyoroti kelompok ibu rumah tangga yang semakin rentan tertular HIV. Hingga Mei 2025, ditemukan 15 ibu hamil positif HIV. Fakta ini memperkuat prediksi bahwa ibu rumah tangga bisa menjadi kelompok berisiko tinggi di masa mendatang.
“Banyak ibu rumah tangga yang tidak tahu menikah dengan pasangan HIV positif. Akhirnya baru diketahui saat mereka hamil dan dites HIV,” tegasnya.
Sebagai langkah pencegahan, KPA Karawang gencar menggelar edukasi ke sekolah-sekolah, termasuk 13 madrasah aliyah dan 20 madrasah tsanawiyah.
"Program ini menyasar remaja agar memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV sejak dini dan terhindar dari perilaku berisiko," terangnya.
Dari sisi layanan, kini Pemkab Karawang memperluas akses terapi antiretroviral (ART). "obat HIV sudah tersedia di 3 rumah sakit dan 18 puskesmas. Tahun ini, 27 puskesmas tambahan juga disiapkan sebagai pusat layanan HIV agar pasien tidak lagi terkendala jarak," imbuhnya.
Meski begitu, tantangan terbesar masih pada stigma sosial yang membuat penderita enggan terbuka. “Harapan pemerintah, HIV dipandang seperti penyakit biasa. Jangan sampai stigma membuat pasien takut tes maupun terapi,” tukas Yana.
Editor : Frizky Wibisono