Dubes Israel Dihadang Aktivis Pro Palestina Saat Makan Malam di Seoul

JAKARTA, iNEWSKarawang.id - Duta Besar Israel untuk Korea Selatan, Akiva Tor, menjadi sasaran aksi protes sekelompok aktivis pro-Palestina saat sedang menikmati makan malam bersama keluarganya di sebuah restoran di pusat kota Seoul, Kamis malam (24/4/2025).
Dalam insiden yang terekam dalam sebuah video dan diunggah ke subreddit r/Palestine, tampak para aktivis membuntuti kendaraan dinas sang dubes hingga ke lokasi restoran.
Sesampainya di sana, mereka mulai meneriakkan slogan-slogan seperti “Genosida!”, “Akhiri Apartheid!”, dan “Bebaskan Palestina!” ke arah Tor.
Aksi tersebut sontak membuat suasana menjadi tegang. Tor dan keluarganya tampak terkejut dan ketakutan atas kehadiran para aktivis yang mendadak memprotes secara langsung di ruang publik.
Saksi mata mengatakan para aktvis bergegas masuk ke restoran melewati meja pelayan. Mereka lalu meneriakkan kata "Genosida!", "Akhiri Apartheid!", dan "Bebaskan Palestina" saat diplomat Zionis Israel itu sedang asyik makan bersama keluarganya.
Diplomat itu terlihat ketakutan dan kemudian menghubungi seseorang melalui ponselnya.
Staf dan pengunjung restoran lainnya juga terlihat cemas sampai akhirnya petugas keamanan turun tangan untuk mengusir para aktivis.
Kedutaan Besar Israel di Seoul belum mengeluarkan pernyataan resmi, dan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menolak berkomentar.
Media Yahudi, Thej.ca, melaporkan bahwa berdasarkan Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, negara tuan rumah harus melindungi diplomat yang berkunjung dari pelecehan.
Pemimpin komunitas pro-Israel dan Yahudi di Seoul mengutuk insiden di restoran tersebut sebagai serangan yang tidak dapat ditoleransi terhadap kekebalan diplomatik dan keselamatan pribadi.
Kejadian di restoran tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian demonstrasi pro-Palestina yang semakin agresif di Korea Selatan, di mana para aktivis telah berkemah di luar Kedutaan Besar Israel selama berbulan-bulan, menuntut gencatan senjata di Gaza.
Menurut laporan media tersebut, meskipun protes damai merupakan hak yang dilindungi, membuntuti dan mengonfrontasi seorang diplomat di dalam ruangan melanggar norma-norma internasional dan berisiko menimbulkan dampak diplomatik.
Editor : Frizky Wibisono