KARAWANG, iNewskarawang id - Rabu (14/02/2024), pagi itu angin bertiup kencang, menyeret gelombang ombak. Di atas kepala, langit masih gelap padahal matahari baru saja terbit. Dari atas, awan hitam membuntuti perjalanan laut Ario Guritno dan rekan-rekannya.
Sebagai lelaki yang bekerja di anjungan lepas pantai, Uniform Flow Station yang dikelola Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), berada di perairan sebelah utara Subang, sekitar empat jam perjalanan jika ditempuh dari pesisir Jakarta Utara menggunakan kapal crew change. Di tengah kondisi cuaca dan gelombang laut yang bisa berubah setiap waktu, kapal yang dinaiki Ario bersama tim terus melaju meneruskan perjalanan menuju TPS (Tempat Pemungutan Suara) terdekat yakni di Echo Flow Station, sekitar dua jam perjalanan.
“Kalau ditanya kenapa meluangkan waktu berjam-jam mengarungi lautan untuk menyampaikan hak suara, tentunya karena kesadaran akan hak pilih yang dimiliki oleh masing-masing personel di sini. Karena bagaimanapun hak suara ini akan menentukan nasib bangsa ini selama lima tahun ke depan”, ungkap Ario.
Antusiasme rekan-rekan PHE ONWJ untuk berpartisipasi ikut menyoblos sangat besar. Terbukti yang biasanya beraktivitas mulai di jam enam pagi, namun jam lima pagi sudah berangkat. Tidak ada jejak kelelahan di raut mukanya, padahal ia telah melakukan perjalanan menyerempet bahaya empat jam pulang-pergi di tengah cuaca yang kurang bersahabat. Jejak tinta di jarinya masih membekas, menandakan ia sudah menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2024. Ario merupakan satu dari 438 pemilih di TPS lokasi khusus PHE ONWJ.
KPU Kepulauan Seribu bekerja sama dengan PHE ONWJ menyiapkan empat TPS bagi ratusan Perwira - sebutan khusus untuk pekerja Pertamina, yang masih bertugas menopang kebutuhan
minyak dan gas negeri ini di tengah tanggal merah Pemilu. Empat TPS ini berada di anjungan Echo (melayani pemilih dari Echo, Foxtrot, dan Uniform), anjungan Bravo (melayani pemilih di Arco Ardjuna, Bravo, dan Central Plant), anjungan Mike-Mike (melayani pemilih di KLA, Lima, Mike-Mike, dan Papa), dan anjungan Zulu (melayani pemilih di Zulu). Semuanya berada di tengah laut.
“Jadi di ONWJ itu ada banyak anjungan, tapi hanya ada empat anjungan yang dijadikan pusat TPS khusus offshore. Jadi tidak seperti di darat di mana kita ke TPS tinggal jalan kaki, bedanya kalau di laut, kami itu datang menggunakan kapal menyeberangi lautan, menuju TPS terdekat,” katanya lagi.Seh ari-hari, Ario bekerja sebagai Superintendent Uniform Production di Uniform Flow Station PHE ONWJ. Tugasnya adalah memastikan operasional dan produksi migas di area Uniform dapat terlaksana dan berjalan optimal.
“Sedangkan saat Pemilu sekarang ini, saya juga bertugas untuk memastikan semua personel di Uniform Flow Station yang berjumlah 12 orang bisa menggunakan hak pilihnya. Saya juga harus memastikan operasional produksi migas berjalan tanpa ada gangguan di tengah suasana Pemilu. Makanya, saya bagi pencoblosan menjadi dua kloter, agar produksi bisa terus berjalan,” sambungnya.
Sementara itu terpisah, Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan menuturkan PHE ONWJ berkomitmen penuh mendukung demokrasi dan hak pilih para pekerjanya. “Fasilitas TPS di tengah laut merupakan bukti nyata komitmen kami. Kami ingin memastikan seluruh Perwira PHE ONWJ dapat menggunakan hak pilihnya dan berkontribusi dalam menentukan masa depan bangsa,” kata Ery.
Ery menambahkan, perusahaan memahami bahwa para Perwira PHE ONWJ memiliki dedikasi tinggi untuk menjaga ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, perusahaan ingin memastikan Perwira PHE ONWJ tetap dapat menggunakan hak pilihnya meskipun sedang bertugas di tengah laut.
Editor : Frizky Wibisono