Namun, akhirnya berita ini tersebar dari mulut ke mulut dan menarik perhatian aparat TNI yang bermarkas di lereng Gunung Sanggabuana.
"Saya takut kalau ada keramaian, malah macan yang akan diburu. Saya rela domba-domba dimakan, mungkin macan tersebut lapar. Tapi jika ada domba yang hilang dibawa oleh pencuri, saya pasti akan mengejar hingga ketemu," ujar Muchtar.
Muchtar menjelaskan bahwa awalnya ia hanya memiliki satu ekor domba, namun kemudian ternaknya berkembang. Dari hasil ternak domba tersebut, Muchtar dapat membiayai kuliah anaknya yang menjadi bidan.
"Ketika mereka terus berkembang, saya menjual beberapa dari mereka untuk biaya kuliah anak saya yang sekarang bekerja di RS Tosima Jepang. Alhamdulillah, dia lulus dan berangkat pada tanggal 25 September 2023," kata Muchtar.
Meskipun penghasilannya dari menjaga vila, berkebun, dan beternak terbatas, Muchtar tetap menjunjung tinggi prinsip kejujuran dan keikhlasan. Baginya, kejujuran dan ketulusan akan membawa berkah yang tak ternilai.
Muchtar berharap dapat membeli domba lagi, tetapi saat ini uangnya telah habis digunakan untuk modal anaknya yang bekerja di Jepang. Kang Dedi dengan baik hati memberikan sejumlah uang kepada Muchtar sebagai modal untuk beternak domba.
"Bapak Kang Dedi adalah orang yang baik dan jujur sampai bisa membiayai anaknya bekerja di Jepang. Dia mengikhlaskan jika pisang dimakan oleh monyet, begitu juga jika domba dimakan oleh macan," ucap Kang Dedi.
Kang Dedi berharap agar Kementerian menindaklanjuti kejadian ini untuk mencegah konflik antara masyarakat dan hewan liar yang mendiami hutan. Ia ingin anggaran Kementerian digunakan untuk menyelesaikan masalah tidak hanya di Sanggabuana, tetapi juga di berbagai tempat lain.
"Setiap individu memiliki kehidupannya sendiri, begitu juga dengan hewan. Kesalahan kita adalah ketika kita mengganggu kehidupan mereka sehingga mereka kesulitan bertahan di habitat asli mereka. Orang seperti Pak Muchtar pantas mendapatkan penghargaan dari negara," kata Kang Dedi.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta