JAKARTA, iNewsKarawang.id - Suatu hari Baginda Raja dilanda masalah yang membuatnya tidak bisa tidur. Tapi, masalah yang dihadapi hanya Baginda Raja sendiri yang tahu.
Meskipun Baginda Raja banyak masalah namun ia sengaja merahasiakannya dari orang-orang sekitar, baik kepada penasihat istana maupun Abu Nawas selaku sahabatnya tempat berkeluh kesah.
Padahal sejatinya Baginda Raja ingin rasanya melupakan masalah yang menimpanya. Kalaupun bisa lari menghindar, tentulah ia akan melakukannya. Tapi kenyataannya permasalahan yang dihadapi terasa seperti mengikutinya ke mana pun Baginda Raja pergi.
Sejak saat itu Baginda Raja sering terlihat melamun seorang diri. Kemudian penasihat istana mendekati Baginda Raja.
"Maaf Paduka yang mulia, hamba perhatikan belakangan ini Paduka terlihat murung. Hamba khawatir paduka nanti jatuh sakit. Apakah ada sesuatu yang Paduka pikirkan?" tanya penasihat istana, seperti dikutip dari kanal YouTube Juha Official, Jumat (24/2/2023).
"Tidak ada apa-apa, aku baik-baik saja. Kau urusi saja pekerjaanmu," jawab Baginda Raja dengan memalingkan wajahnya.
Penasihat istana pun hanya terdiam. Ia merasakan gelagat bahwa Baginda Raja sedang dilanda masalah besar. Dikarenakan Baginda Raja tidak mau berterus terang, penasihat istana tidak berani membujuknya untuk menceritakan masalah yang dihadapi.
Makin hari sikap Baginda Raja makin tertutup, bahkan kini enggan menerima tamu. Hal ini membuat para pejabat istana menjadi sangat khawatir.
"Apa yang harus kita lakukan? Makin hari Baginda Raja terlihat mengkhawatirkan. Ini sangat buruk untuk kondisinya. Jangan sampai Baginda Raja jatuh sakit," kata salah seorang menteri.
"Aku juga cemas melihat sikap Baginda Raja belakangan ini. Aku sudah coba membujuknya supaya mau menceritakan masalah yang dialami, tapi ia malah memalingkan wajah. Baginda Raja memilih menutup diri," beber penasehat istana.
"Saya punya saran, bagaimana kalau masalah ini kita sampaikan kepada Abu Nawas biasanya dia tahu solusinya," ujar salah satu dari menteri.
"Iya saya setuju dengan saran tersebut," balas lainnya.
Maka beberapa menteri istana segera mendatangi rumah Abu Nawas. Melihat yang datang adalah para menteri, Abu Nawas sempat terkejut. Biasanya yang diutus Baginda Raja adalah prajurit istana.
"Kenapa kalian yang datang?" tanya Abu Nawas.
"Kami ke sini bukan diutus Baginda Raja, tapi atas kemauan sendiri," jawab para menteri.
Kemudian para menteri ini memberi tahu Abu Nawas tentang keadaan yang menimpa Baginda Raja.
"Kami semua sudah berusaha memberi perhatian, tapi Baginda Raja selalu menutup diri," kata salah satu menteri.
"Baiklah aku akan coba menghiburnya. Mari kita ke istana sekarang," ajak Abu Nawas.
Singkat cerita, Abu Nawas menghadap Baginda Raja. Ia lalu bercerita kisah-kisah jenaka di hadapan Baginda Raja, berharap bisa terhibur dan tertawa.
Tapi ternyata tidak ada reaksi apa pun. Baginda Raja hanya terdiam, malah meninggalkan Abu Nawas, lalu masuk ke kamarnya.
Selepas Baginda Raja pergi, para menteri segera menghampiri Abu Nawas. "Bagaimana ini Abu Nawas? Kamu lihat sendiri kan," ucap mereka.
"Sepertinya Baginda Raja sedang mengalami masalah berat. Biarkan aku pulang dulu. Aku akan memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini," ucap Abu Nawas.
Setibanya di rumah, Abu Nawas terus memikirkan cara terbaik memecahkan masalah ini. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Abu Nawas menemukan ide cemerlang.
Esok harinya Abu Nawas pergi ke pasar. Di hadapan orang-orang, Abu Nawas berteriak, "Apakah di antara kalian ada yang bisa memasukkan unta ke lubang jarum?"
Mendengar pertanyaan Abu Nawas, semua orang yang ada di sana heran. Salah satu dari mereka lalu menjawab, "Mana mungkin bisa, itu perkara yang mustahil."
Dengan lantang, Abu Nawas membalas, "Tidak ada perkara yang mustahil. Jangankan aku, anak kecil pun bisa."
"Kalau kau memang bisa, coba tunjukkan kepada kami," pinta mereka.
"Maaf kawan-kawan, sayangnya aku hanya bisa membuktikannya bila di hadapan Baginda Raja," jawab Abu Nawas.
Begitulah seterusnya setiap ada keramaian orang ataupun perkumpulan, Abu Nawas selalu mengatakan hal yang sama. Akhirnya kabar tentang Abu Nawas bisa memasukkan unta ke lubang jarum sampai juga hingga telinga Baginda Raja.
Awalnya Baginda Raja tidak terlalu memedulikannya, tapi lama-kelamaan timbun juga rasa penasaran pada dirinya. Maka diperintahkanlah beberapa pengawal istana memanggil Abu Nawas.
"Tuan Abu Nawas, Anda diperintah Paduka untuk datang ke istana," ucap seorang prajurit.
"Benarkah?" tanya Abu Nawas memastikan.
"Benar Tuan Abu Nawas," jawab dia.
"Rencanaku akhirnya berhasil," pikir Abu Nawas.
"Oh iya, bagaimana kondisi Baginda Raja sekarang?" tanya Abu Nawas lagi.
"Baginda masih sering mengurung diri dan sering tampak termenung," jawab salah satu prajurit.
"Baiklah, aku akan ke sana sekarang," balas Abu Nawas
Tidak lama kemudian Abu Nawas sampai di istana menghadap Baginda Raja.
"Wahai Abu Nawas, aku dengar kau bisa memasukkan seekor unta ke lubang jarum. Kau bersedia membuktikannya bila di hadapanku. Benarkah itu?" tanya Baginda Raja.
Benar Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Bagaimana mungkin? Aku rasa itu perkara yang mustahil," balas Baginda Raja.
"Di dunia ini tidak ada yang mustahil Paduka," ujar Abu Nawas.
"Baiklah, sekarang coba kau buktikan," perintah Baginda Raja.
"Caranya mudah Paduka, kita tinggal membuat jarum yang lubangnya lebih besar daripada seekor unta, dengan begitu kita bisa memasukkannya dengan mudah, bahkan anak kecil pun bisa," jawab Abu Nawas menjelaskan.
"Kalau caranya seperti itu, semua orang pun bisa melakukannya. Berarti kau telah menipu semua orang, termasuk aku," ucap Baginda Raja.
"Hamba tidak pernah menipu siapa pun, dan hamba juga tidak pernah menipu Paduka. Hamba tidak pernah mengatakan bahwa jarum yang hamba maksud adalah jarum kecil," balas Abu Nawas.
"Iya itu benar, tapi apa maksud dari pernyataanmu ini?" tanya Baginda Raja.
"Hamba hanya ingin mengatakan ada hikmah dari pernyataan ini," jawab Abu Nawas.
Hikmah? Hikmah dari mana?" tanya Baginda Raja heran.
"Bukankah tadinya Baginda Raja tidak percaya kalau hamba bisa memasukkan unta ke lubang jarum, tapi setelah hamba jelaskan Baginda Raja baru memercayainya."
"Begitu juga dengan permasalahan yang sedang kita hadapi. Sebesar apa pun masalah, sebesar apa pun bebannya, tapi kalau hati kita lebih besar, hati kita lebih luas saat menghadapinya, maka semua masalah akan terasa lebih ringan."
"Itulah gambaran seekor unta bila dimasukkan ke lubang jarum. Sepintas saat kita menghadapinya pasti itu mustahil dilakukan, tapi bila hati kita luas dan besar maka pikiran kita juga akan mengikuti dan pada akhirnya masalah yang kita anggap mustahil diatasi menjadi mudah dan ringan untuk dijalani. Bagaimana kita akan bisa tenang bila kita menghadapi masalah dengan hati yang sempit," tutur Abu Nawas.
Seketika Baginda Raja terdiam, ia terus merenungi ucapan Abu Nawas. Suasana pun mendadak menjadi hening. Tidak Berapa lama Baginda Raja pun berkata, "Terima kasih Abu Nawas, kau telah menyadarkanku. Selama ini aku memang sedang dilanda masalah dan hatiku sempit menghadapinya sehingga pikiranku juga ikut menjadi buntu," ujar Baginda Raja.
Sejak kejadian itu, kini Baginda Raja mulai terlihat ceria. Ia tidak lagi terlihat murung seperti hari-hari sebelumnya. Permasalahan bukanlah hal untuk dilamunkan, melainkan dihadapi dengan hati yang besar, maka akan tercipta solusi dari sebuah pemikiran yang jernih.
Allahu a'lam bissawab.
Editor : Boby