Huang membutuhkan perawatan terus-menerus, sehingga Xu tidak dapat meninggalkan desanya untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih baik di kota-kota seperti kebanyakan anak muda pada masa itu. Sebaliknya, dia tinggal di rumah bersama Huang dan mencari nafkah sebagai petani. Dia bahkan memilih menanam sayuran favorit Huang daripada tanaman lain yang lebih menguntungkan.
Tak cukup sampai di situ, Xu belajar memainkan erhu (di kalangan warga keturunan China di Indonesia juga disebut tehyan—red), alat musik dua senar khas Tiongkok. Dengan itu, dia mencoba menghibur Huang, pada saat ponsel dan internet hampir tidak pernah terdengar di pedesaan Tiongkok.
Xu juga menggunakan keahliannya sebagai tukang kayu untuk merancang dan membangun fasilitas di sekitar rumah mereka. Dia juga membuat berbagai macam perkakas untuk meningkatkan kualitas hidup Huang, termasuk toilet yang dibuat khusus sehingga Huang dapat menggunakan kamar mandi tanpa bantuannya. Xu juga membuat alat yang memungkinkan Huang bangkit dan keluar masuk tempat tidur sendirian.
Yang menarik, selama lebih dari 20 tahun, Huang tidak pernah memberi tahu keluarganya mengenai keadaannya. Perempuan itu khawatir, kondisi fisiknya bakal menjadi beban buat mereka. Karenanya, setelah peristiwa kecelakaan bus yang menimpanya, Huang tidak pernah lagi bertemu dengan keluarganya.
Setelah 26 tahun, barulah pasangan kekasih itu bertemu keluarga Huang, setelah ayah perempuan itu meminta bantuan wartawan lokal untuk melacak keberadaan putrinya. Sang ayah yang sangat ingin mengetahui apa yang terjadi pada buah hatinya itu.
Setelah pertemuan keluarga tersebut, Xu dan Huang akhirnya melangsungkan pernikahan dengan restu ayah Huang. Pasangan itu mengadopsi seorang putri, karena Huang tidak mampu memiliki anak sendiri.
Saat ditanya apakah Xu pernah menyesali keputusannya untuk hidup bersama Huang, pria itu menjawab: “Tidak pernah.” Kisah viral cinta pasangan itu pun telah menyentuh hati jutaan orang di China.
“Seorang kekasih merawat kekasihnya yang lumpuh selama 30 tahun! Pria yang begitu setia pada cintanya seperti itu sungguh langka,” kata seorang pengguna Weibo, media sosial yang amat populer di China.
“Saya tidak percaya akan adanya cinta yang begitu besar. Namun saya baru menyadari, ternyata pikiran saya sendiri yang begitu sempit,” kata pengguna Weibo lain.
Editor : Faizol Yuhri