Ironinya, lanjut Didi, kita sering menganggap bahwa Allah jauh dari kehidupan kita. Kita sering mempertanyakan keberadaan-Nya, terutama ketika berpuluh-puluh bahkan mungkin beratus-ratus doa dan permohonan kita panjatkan kepada-Nya, dan kita merasa tak kunjung mendapat jawaban atas permohonan kita tersebut.
Menusia sering secara tidak sadar ‘menggugat’-Nya, ketika beragam persoalan, cobaan dan musibah tak henti-hentinya menimpa kita. Ketika didera sakit berkepanjangan, ketika terus-menerus dililit utang karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan, ketika jodoh tak kunjung datang, ketika bertahun-tahun berumah tangga dan tak kunjung dikaruniai keturunan, ketika berpuluh-puluh surat lamaran pekerjaan hanya berujung dengan kekecewaan, di saat seperti itulah kita sering mempertanyakan keadilan Allah.
“Kita merasa tidak dihiraukan oleh-Nya. Kita merasa Allah tidak sayang kepada kita. Bahkan yang lebih ekstrem lagi, kita sering menganggap bahwa Allah berlaku tidak adil,” tulis Didi.
Pelbagai persoalan, beragam cobaan dan musibah yang datang silih berganti seringkali membutakan mati hati kita akan limpahan kasih sayang-Nya selama ini.
Kita tidak menyadari bahwa kenikmatan menghirup udara segar, kesempatan hidup di dunia, serta beragam fasilitas yang diberikan Allah secara cuma-cuma adalah rahmat dan karunia Allah yang luar biasa besarnya. Sungguh, kita tidak akan mampu menghitung limpahan karunia serta kasih-sayang-Nya, demikian menurut keterangan salah satu firman-Nya.
Sudah menjadi tabiat manusia, ketika tengah bergelimang suka cita, bermandikan bahagia, mereka lupa siapa yang memberi kebahagiaan. Mereka sering beranggapan bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil usaha dan kerja kerasnya an sich. Mereka lupa, bahwa dalam setiap usaha yang mereka lakukan, ada faktor penentu yang sering tidak diperhitungkan, yaitu izin Allah Swt.
Editor : Faizol Yuhri