get app
inews
Aa Text
Read Next : Berikut Hasil Semifinal Wilayah NBA 2022-2023

Disebut Sebut Hacker Cryptocurrency Danai Program Senjata Nuklir Korut

Senin, 10 Oktober 2022 | 20:11 WIB
header img
Hacker cryptocurrency danai program senjata nuklir korut. (Foto : CNET/ Zooey Liao)

JAKARTA,iNewsKarawang.id - FBI dan Departmen Keuangan Amerika Serikat sendiri, sebenarnya telah memperingatkan tentang meningkatnya risiko Korut terhadap industri cryptocurrency. Kedua lembaga itu mengakui adanya bahaya yang besar

Akan tetapi Korea Utara (Korut) diam-diam menjadi negara adidaya untuk cryptocurrency. Banyak hacker cryptocurrency di sana yang menyumbangkan hasilnya untuk memajukan program senjata nuklir.

Sementara kelompok peretas yang terkait dengan pemerintah Korut, bahayanya lebih dari sekadar teoretis. Seperti yang ditunjukkan oleh salah satu aksi peretasan di bulan Maret yang dilancarkan kelompok hacker Lazarus Group, 

Kelompok ini, berhasil menguras lebih dari $600 juta (Rp9,1 triliun) dalam bentuk crypto dari blockchain yang digunakan oleh game NFT Axie Infinity. Hacker Korut mencuri $840 juta (Rp12,8 triliun) dalam lima bulan pertama tahun 2022.

Jumlah ini, menurut data Chainalysis, $200 juta (Rp3 triliun) lebih banyak dibanding yang pernah mereka lakukan pada tahun 2020 dan 2021 jika digabungkan, seperti dilansir dari CNET pada Senin (10/10/2022).

Menurut Anne Neuberger, wakil penasihat keamanan nasional di pemerintahan Biden, itu adalah konsekuensi yang luar biasa. Sekitar sepertiga dari jarahan crypto Kout masuk ke program senjatanya, termasuk senjata nuklir.

Menurut Anne Neuberger, wakil penasihat keamanan nasional di pemerintahan Biden, itu adalah konsekuensi yang luar biasa. Sekitar sepertiga dari jarahan crypto Kout masuk ke program senjatanya, termasuk senjata nuklir.

Ini juga disalurkan ke operasi spionase negara. Ketika dua orang Korea Selatan awal tahun ini terungkap telah mencuri informasi militer untuk mata-mata Korut, ternyata mereka dibayar dengan bitcoin.

“Crypto bisa dibilang sekarang penting bagi Korut. Dengan standar apa pun, mereka adalah negara adidaya kripto,” kata Nick Carlsen, mantan analis Korea Utara di FBI yang sekarang bekerja untuk perusahaan keamanan crypto TRM Labs.

Negara adidaya kripto itu, menurut pengamat Korut, secara langsung mendanai pengembangan nuklir tersebut, dengan kemungkinan uji coba senjata nuklir baru yang terus meningkat.

Mereka telah meningkatkan uji coba rudal balistik dalam 10 hari terakhir. Lebih dari 5 juta penduduk Jepang diberitahu untuk mencari perlindungan segera pada hari Rabu setelah Korut meluncurkan rudal di atas pulau Hokkaido.

Sangat mungkin ini juga didanai setidaknya sebagian oleh cryptocurrency curian. Mengingat Korut telah lebih bergantung pada kripto sejak pandemi dimulai.

Secara historis, Korut hidup dengan bergantung pada perdagangan seperti mengekspor batu bara, rokok, dan tenaga kerja ke Asia Tenggara, Rusia, dan terutama China.

Namun, pandemi Covid-19 menipiskan pendapatan negara. Perdagangan dengan China, sejauh ini merupakan mitra ekonomi terbesar Korut, turun 80% pada 2020. Pada saat yang sama, nilai cryptocurrency telah meroket.

Dalam melancarkan aksinya, hacker Korut menggunakan file PDF yang berisi malware. Pada awal tahun ini seorang insinyur senior yang bekerja di Ronin didekati oleh agen Korut di LinkedIn untuk menawarkan pekerjaan.

Menurut laporan dari The Block, setelah beberapa putaran wawancara, insinyur menerima tawaran pekerjaan formal melalui PDF. Ketika insinyur senior mengklik tautan yang terinfeksi, tanpa disadari dia memberikan kunci peretas Korut ke empat validator tersebut.

Begitu mereka berhasil masuk ke Ronin, dengan mudah juga mereka masuk sistem komputer game web berbasis NFT, Axie Infinity, yang memang menggunakan blockchain Ronin. Uang $600 juta (Rp9,1 triliun) terkuras tidak lama kemudian

Beberapa waktu lalu, agen Korut juga berpura-pura menjadi pelamar pekerjaan dan mengirimkan resume kepada karyawan bank sentral Bangladesh. Kali ini setidaknya tiga karyawan mengklik tautan tersebut.

Dengan begitu, memberi mereka akses ke jaringan komputer bank. Para penyerang menunggu satu tahun penuh untuk bergerak dan, pada Februari 2016, berusaha menggasak $951 juta (Rp14,5 triliun) dari rekening Bank Bangladesh.

Itu adalah pencurian yang diatur dengan hati-hati. Peretas menghabiskan satu tahun belajar tentang sistem TI bank, dan merencanakan perampokan yang bertepatan dengan akhir pekan Jumat-Sabtu di Bangladesh.

"Semua keterampilan yang telah mereka pelajari, mereka pada dasarnya sekarang menerapkannya pada crypto,” kata Soo Kim, mantan analis CIA yang sekarang di Rand Corporation.

"Mereka mengirim anak-anak ini ke luar negeri, ke Rusia, untuk mendapatkan keterampilan (meretas), dan begitulah cara mereka melayani negara secara patriotik. Mereka menemukan cara untuk menyusup ke jaringan," lanjutnya.

Diperkirakan sekitar 7.000 warga Korut bekerja di program siber Korut. Kim Jong Un di masa lalu menyebut para penyerang siber elitnya sebagai "pejuang" yang dapat menembus sanksi apa pun demi pembangunan negara yang kuat dan sejahtera. Bu

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut