get app
inews
Aa Text
Read Next : Selayang Pandang 6 Wisata Alam Dekat Stasiun Kereta Cepat Karawang, Gua Purba hingga Air Terjun

Mitos dan Misteri Pantai Parangtritis Yogyakarta

Sabtu, 08 Oktober 2022 | 17:29 WIB
header img
Wisatawan menikmati suasana Pantai Parangtritis di Bantul, DI Yogyakarta. (Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Jakarta, iNewsKarawang.id - Pantai Parangtritis merupakan salah satu tempat wisata yang yang terletak di Desa Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul, DIY. Jaraknya sekitar 27 km dari pusat Kota Yogyakarta. Pantai ini menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di Yogyakarta dan telah menjadi ikon pariwisata di Yogyakarta. 

Pantai ini memiliki nilai simbolis yang merupakan garis yang sifatnya magis dan menghubungkan Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu Yogyakarta serta Gunung Merapi. Garis ini dikenal sebagai Garis Imajiner atau Sumbu Filosofi Yogyakarta. 

Pantai Parangtritis dikenal memiliki ombak ganas serta menyimpan sejuta misteri di dalamnya. Banyak mitos, pantangan, serta keanehan yang hingga saat ini masih dipercayai oleh masyarakat setempat. Mulai dari mitos larangan memakai baju warna hijau, banyaknya korban yang terseret gelombang ombak, hingga legenda Ratu Laut Kidul.

Namun dibalik itu semua, Pantai Parangtritis sebenarnya memiliki keindahan panorama alam yang luar biasa. Setibanya di lokasi pantai, wisatawan akan disuguhkan dengan pasir berwarna kecoklatan yang membentang di seluruh bibir pantai.

Sejarah Pantai Parangtritis

Asal nama parangtritis didapat dari sebuah kisah yang dipercaya merupakan latar belakang penamaan pantai tersebut. Kata Parangtritis diperoleh dari penggabungan dua kata yaitu Parang dan Tumaritis. 

Konon katanya, dahulu ada seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yakni Pangeran Dipokusumo melarikan diri hingga pada akhirnya beliau sampai di pantai ini. Sampai di pantai, pangeran melakukan semedi dan melihat ada air menetes atau tumaritis dari sela-sela batu karang atau parang. 

Parang dalam bahasa jawa dapat diartikan kara dan tumaritis mempunyai arti menetes. Pangeran tersebut kemudian menamai wilayah tersebut sebagai Parangtritis, atau air yang menetes dari batu. Lokasi ini diyakini pula sebagai tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga, seusai Panembahan Senopati melakukan pertapaan.

Misteri dan Mitos Pantai Parangtritis

Pantai Parangtritis memiliki banyak sekali misteri dan mitos yang hingga kini masih dipercayai oleh masyarakat setempat. Salah satu kepercayaan yang beredar di masyarakat Yogyakarta adalah keberadaan Ratu Laut Selatan atau yang sering disebut Nyi Roro Kidul. 

Masyarakat Yogya dan khususnya orang Jawa, meyakini Pantai Parangtritis merupakan gerbang menuju Istana Laut Selatan milik Ratu Kidul. Berkembang pula mitos yang menyebutkan bahwa pengunjung yang datang ke pantai ini dilarang menggunakan pakaian berwarna hijau.

Konon katanya, dikatakan bahwa Ratu Laut Kidul sangat menyukai warna hijau. Apabila ada wisatawan yang berkunjung dengan memakai pakaian berwarna hijau, akan dijadikan sebagai prajurit atau pengawal Ratu Laut Kidul. 

Mitos tersebut hingga saat ini masih dipercayai oleh masyarakat setempat serta orang Jawa. Sehingga tak ada yang berani memakai pakaian berwarna hijau ketika mengunjungi Pantai Parangtritis.

Di pantai ini juga sering sekali ada kejadian wisatawan yang hilang karena terseret oleh ombak. Fenomena tersebut seakan menambah kisah mistis yang ada pada pantai ini. Banyak yang mengaitkan kejadian tersebut dengan mitos Ratu Laut Kidul sebagai penguasa pantai selatan.

Selain banyaknya kepercayaan misteri dan mitos masyarakat setempat, Pantai Parangtritis juga banyak mengandung unsur sejarah serta budaya. Pantai Parangtritis disebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan Keraton Yogyakarta.

Setiap tahunnya sering diadakan upacara-upacara ritual yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta di pantai ini.

Ritual sakral yang sering dilakukan oleh Keraton Yogyakarta yaitu Upacara Labuhan. Upacara ini sdah ada sejak Sri Sultan Hamengku Buwono I Bertahta, dilaksanakan pada hari dan bulan tertentu setiap tahunnya.

Tujuan dari diselenggarakannya upacara ini yaitu untuk meminta keselamatan, ketentraman, serta kesejahteraan Keraton Yogyakarta dan seluruh masyarakat Kota Yogyakarta. Banyak masyarakat setempat percaya, jika upacara sakral tersebut tidak dilakukan maka akan terjadi bencana yang luar biasa dahsyatnya.

Selain Upacara Labuhan, juga diselenggarakan tradisi larung sesajen yang dilakukan pada setiap tanggal 1 Suro atau Muharam. Tak hanya di Pantai Parangtritis, tradisi tersebut juga dilakukan diseluruh pantai selatan. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki serta keselamatan yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Tradisi yang sudah dilaksanakan secara turun temurun ini juga turut mengundang masyarakat sekitar untuk datang ke pantai. Sehingga setiap pada tanggal 1 Suro Pantai Parangtritis akan selalu dipenuhi oleh wisatawan. Puncaknya adalah ritual larung sesajen, yaitu menghanyutkan sesajen yang telah dibawa ke lautan seraya memanjatkan doa.

Upacara-upacara tersebut telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menyaksikannya. Tak jarang banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Pantai Parangtritis sekedar untuk melihat jalannya upacara sakral tersebut.

Pantai Parangtritis memang memiliki pesona yang luar biasa, tak hanya keindahan panorama alamnya tetapi pantai ini juga kaya akan nilai budaya, sejarah, serta mitos yang terkandung didalamnya.

Itu dia pembahasan mengenai misteri Pantai Parangtritis. Sejatinya, dimanapun kita berada kita harus selalu berhati-hati serta menghormati adat dan istiadat daerah setempat supaya kita terhindar dari marabahaya.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut