Ketua kelompok tani setempat, Fuja mengapresiasi teknologi yang dikembangkan tim dosen Unsika.
"Selama ini masalah utama mengenai alat panen memang belum ada di pasaran sehingga masih menggunakan alat konvesional berupa arit dan memakan waktu yang cukup lama untuk memanen selama satu minggu untuk satu hektare. Hal ini sehingga membutuhkan tenaga harian atau buruh tani yang cukup banyak. Sementara kami terkendala di upah harian buruh tani," kata Fuja.
Fuja juga menambahkan selama ini belum pernah ada penyuluhan dari akademisi mau pun pemerintah kepada petani Serai Wangi. Ia bersyukur kegiatan PKM Unsika ini bisa menjadi stimulus dan harapan baik bagi petani untuk dapat berdiskusi.
"Kegiatan PKM Alsintan menjadi stimulus, dan harapan baik bagi petani untuk dapat berdiskusi mengenai permasalahan teknologi pemanen Serai Wangi serta kendala di lapangan agar hasil panen dapat dituai lebih cepat, biaya upah berkurang dan produktivitas dapat meningkat," ujarnya.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini juga memberikan dampak positif dan membantu petani dalam proses produksi dan mengurangi cost atau biaya yang keluar. Tidak hanya itu saja, dalam kegiatan PKM ini juga terdapat kegiatan sosialisasi pentingnya menggunakan APD dan K3 terhadap proses produksi Serai Wangi.
“Kami ucapkan terima kasih kepada DRPM Kemendikbudristek yang sudah memberikan pendanaan dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan PKM ini yang bertujuan untuk memberikan solusi dan pengenalan alat yang menjadi solusi permasalahan utama yang dikeluhkan oleh petani dan memberikan sosialisasi serta pengenalan terhadap pentingnya K3 dan pemakaian APD," tutup Deri.
Editor : Boby